Senin, 13 Februari 2012

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (La Ilaha Illallah)

Awali dengan bismillah
Assalamualaikum saudaraku, pada tulisan yang lalu saya mengatakan akan menulis tentang syarat-syarat dari pernyataan kalimat tauhid yakni لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (La Ilaha Illallah) pada  tempo hari yang lalu, dalam blog ini saya menulis bahwa pernyataan لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (La Ilaha Illallah) merupakan kunci surga seperti tulisan dibawah ini
"Dalam buku Tamasya ke Surga terjemahan dari kitab yang ditulis Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah dengan judul asli "Hadil Arwaah ila Biladil Afraah " , dikatakan pada BAB 14.
Hasan bin Arafah berkata bahwa telah berkata kepada kami Ismail bin Ayyasy dari Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Hasan dari Syahr bin Husyab dari Muadz bin Jabal Radiyallahu anhu yang berkata bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam bersabda,

" kunci surga adalah kesaksian laa ilaaha illallahu (tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali ALLAH)

hadits ini di riwayatkan oleh imam Ahmad dalam musnadnya"
(sumber: http://www.acowahab.blogspot.com/)
sebelum saya membahas syarat-syarat dari لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (La Ilaha Illallah), saya akan membahs terlebih dahulu maknanya,



Makna لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله (La Ilaha Illallah)

Makna  لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (La Ilaha Illallah) yaitu    لا معبود بحق إلا الله (Tidak ada (sesembahan) yang diibadahi dengan benar selain Allah). makna لاَ إِلَهَ menafikan (meniadakan) hak penyembahan selain ALLAH, siapa pun itu, entah itu patung, jin (setan), manusia (orang yang disembah dan dia ridha dengan penyembahan tersebut),makna إِلاَّ اللهُ melakukan pengisbatan (menetapkan) hak ALLAH semata untuk disembah.
 khabar لاَ   harus ditaqdirkan dengan bihaqqin (بحق /yang hak), tidak boleh ditaqdirkan dengan maujud (موجود/ada). Karena ini menyalahi kenyataan yang ada, sebab tuhan yang disembah selain Allah banyak sekali. Hal itu akan berarti bahwa menyembah tuhan-tuhan tersebut adalah ibadah pula untuk Allah. Ini tentu kebatilan yang nyata.
Syarat-Syarat  لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله (La Ilaha Illallah)

1.      Ilmu
ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
“ Dan orang-orang yang menyeru kepada selain ALLAH tidak mendapat syafaat (pertolongan di akhirat) kecuali orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka menyakini.”
(Az-Zukhuf (43) :86).
Maksudnya orang yang bersaksi dengan لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله (La Ilaha Illallahu), dan memahami dengan hatinya apa yang diikrarkan oleh lisannya. Seandainya ia mengucapkan, tetapi tidak mengerti apa maknanya, maka persaksian itu tidak sah dan tidak berguna.
Dalil dari As-Sunnah
Hadits yang terdapat dalam kitab Shahih Muslim dari Utsman rodiyallahu anhu, dia menuturkan bahwa Rasulullulah Shallallahu Alaihi Wassallam bersabda:
“ Barangsiapa yang meninggal dan mengetahui bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali ALLAH, maka dia akan masuk surga”
(HR. Muslim)
2.      Yaqin (Yakin, menafikan syaq (keraguan))
Orang yang mengikrarkan kalimat tauhid لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله (La Ilaha Illallahu) harus yakin dengan kandungan kalimat tauhid itu. Manakala ia meragukannya, maka sia-sia belaka persaksian itu
ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
“ Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada ALLAH dan RasulNya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan ALLAH. Mereka itulah orang-orang yang benar”
(Q.S Al-Hujurat (49):15)
Ayat diatas menerangkan, ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala mensyaratkan bahwa agar keimanan mereka kepada ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala dan RasulNya dikatakan sebagai iman yang sebenar-benarnya maka mereka harus yakin dalam artian tidak boleh ragu-ragu (dalam beriman). Orang yang ragu-ragu dalam beriman termasuk golongan orang-orang munafik.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam bersabda:
“Siapa yang engkau temui dibalik tembok (kebun) ini, yang bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah selain ALLAH dengan hati yang menyakininya, maka berilah kabar gembira dengan (balasan) surga”
(HR. Bukhari)
Maka siapa yang hatinya tidak menyakini atau ragu-ragu, ia tidak berhak masuk surga.
3.      Ikhlas (Yang menafikan Syirik)
Yaitu membersihkan amal dari segala debu-debu syirik, dengan jalan tidak bermaksud untuk mendapatkan isi dunia, riya’ atau sum’ah tatkala mengucapkannya.
ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Ingatlah ! Hanya milik ALLAH agama yang murni (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata), “kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada ALLAH dengan sedekat-dekatnya.” Sungguh, ALLAH akan memberi putusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sungguh, ALLAH tidak memberi petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat ingkar”
 (Q.S Az-Zumar (39):3)
“Padahal mereka hanya diperintah menyembah ALLAH, dengan ikhlas menaatiNya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)”
(Q.S Al-Bayyinah (98):5)
Dalil As-Sunnah
Dalam kitab Shahih Bukhari dari Abu Hurairah dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam, beliau bersabda:
“Orang yang paling berbahagia dengan syafaatku adalah orang yang mengucapkan لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله (La Ilaha Illallahu ) dengan ikhlas dari dalam lubuk hatinya (atau dirinya).”
(HR.Bukhari)
Dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim diriwayatkan sebuah hadits dari Itban bin Malik dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam, beliau bersabda
“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas neraka orang yang mengucapkan لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله (La Ilaha Illallahu) karena menginginkan ridha ALLAH.”
 (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
4.      Shidq (Jujur, menafikan kadzib (dusta)).
Yaitu mengucapkan kalimat ini dan hatinya juga membenarkannya. Manakala lisannya mengucapkan, tetapi hatinya mendustakan, maka ia munafik dan pendusta.
ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“ Diantara manusia ada orang-orang yang mengatakan , ‘kami beriman kepada ALLAH dan hari kemudian, ‘padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu ALLAH dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri, namun mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit lalu ALLAH menambah penyakit mereka; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka telah berdusta.”
 (Q.S Al-Baqarah (2) :8-10).
Dalil dari As-Sunnah
Hadits yang terdapat dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dari Muadz Bin Jabal dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam, beliau bersabda:
“Tidakkah seseorang itu bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan ALLAH dan Muhammad adalah hamba dan utusanNya dengan sebenar-benarnya dalam hati melainkan ALLAH mengharamkan masuk neraka.”
(HR. Bukhari).
5.      Mahabbah (Kecintaan, yang menafikan baghdha’ (kebencian)).
Maksudnya mencintai kalimat ini serta isinya, juga mencintai orang-orang yang mengamalkan konsekuensinya.
ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan ALLAH; mereka mencintainya sebagaimana mencintai ALLAH. Adapun orang-orang beriman sangat cinta kepada ALLAH.”
(Q.S Al-Baqarah (2): 165).
6.      Inqiyad (Patuh, yang menafikan tark (meninggalkan)).
ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
“ Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepadaNya sebelum dating azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong.”
(Q.S Az-Zumar (39): 54)
“Dan barang siapa berserah diri kepada ALLAH, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul (tali) yang kokoh. Hanya kepada ALLAH kesudahan segala urusan.
(Q.S Luqman (31): 23)
Jika kita mau melihat teks arabnya, kalimat Al-‘Urwatul  Wutsqa (pada tali kokoh) adalah La Ilaha Illallahu. Dan makna yuslim  wajhahu adalah yanqadu (patuh,pasrah)
7.      Qabul (Menerima, yang menafikan radd (penolakan))
Menerima kandungan dan konsekuensi dari kalimat tauhid, menyembah ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala semata dan meninggalkan ibadah selainNya.
Siapa yang mengucapkan, tetapi tidak menerima dan menaati, maka ia termasuk orang-orang yang difirmankan ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala dalam suroh Ash-Shaffat ayat 35-36
ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka, لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله (La Ilaha Illallahu) (tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan ALLAH ) mereka menyombongkan dir. Dan mereka berkata,’ apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sesembahan  kami karena serang penyair gila?”
(Q.S Ash-Shaffat (37) : 35-36)
Ini seperti halnya penyembah kuburan yang mereka mengikrarkan لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله (La Ilaha Illallahu), tetapi tidak mau meninggalkan penyembahan terhadap kuburan. Seperti orang yang mendatangi dukun untuk bertanya sesuatu yang gaib dimana mereka mengikrarkan لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله (La Ilaha Illallahu), tetapi tidak mau meninggalkan kebiasaannya. Seperti orang yang berhukum selain dengan hukum ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala yang mereka mengikrarkan لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله (La Ilaha Illallahu), tetapi tidak mau berhukum dengan hukum ALLAH  Subhanahu Wa Ta’ala malah membuat hukum-hukum tandingan.
demikianlah yang dapat saya bagi kepada rekan-rekan semua, kurang lebihnya saya minta maaf, sungguh kesalahan dari saya dan setan yang terkutuk dan sungguh kebenaran datang dari  ALLAH maka janganlah kita ragu. Ila liqo, Wassallamualaikum Warohmatullahi Waborakatuh

Akhiri dengan Alhamdulillah.

Sumber:  
Al-Quran
Terjemahan Kitab Tauhid 1 Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan
Terjemahan Al-Wajibat Al Mutahattimatu Syaikh Abdullah bin Ibrahim Al Qar'awy.
http://acowahab.blogspot.com/2012_01_01_archive.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar