Oleh : KH A Hasyim Muzadi
Sadarkah kita, umat Islam, betapa
spektakulernya figur anak manusia bernama Muhammad Bin Abdullah? Beliau
ditetapkan sebagai nabi terakhir, tetapi ruhnya telah dipersiapkan oleh Allah
SWT jauh-jauh hari sebelum Bapak Para Manusia, Nabi Adam As diciptakan. Baginda
Rasul adalah manusia banyak dimensi karena dalam dirinya mengalir wahyu Allah.
Tak pernah meluncur dari kedua
bibirnya yang mulia kecuali perkataan yang menyejukkan hati. Tak pernah ada
sosok manusia di kolong langit ini yang helai-helai rambutnya jadi bahan
rebutan para sahabatnya. Tak pernah kita temukan, figur manusia yang tetesan
air wudhunya diburu oleh para pecintanya. Juga tak pernah kita temukan
seseorang yang hamba, tetapi sesungguhnya menyunggi sebuah mahkota seorang raja
diraja dari Robbul Izzati. Mustahil kita temukan seorang anak manusia yang
tetesan air keringatnya dijadikan aroma para pengantin.
Kendati demikian, Baginda Rasul
tetaplah seorang anak manusia yang memiliki semua sisi-sisi terhalus
kemanusiaan. Maka begitu ditinggal wafat istri tercintanya, Sayyidah Khodijah
al-Kubro, beliau seperti terhempas dari kenyataan hidup. Bahkan musibah seperti
tiada henti ketika pada tahun yang sama, pelindung sejati dari ancaman kaum
kafir, pamandanya Sayyidina Hamzah Bin Abdul Muthollib, juga wafat, yang hal
ini membuat Baginda Rasul seperti tercerabut dari akar bumi.
''Mahasuci Allah'' yang ketika raga
seperti gemeretak karena sendi-sendinya luruh dan jiwa seperti tercerabut
diterbangkan entah ke mana, lalu pada tanggal 27 Rajab satu setengah abad yang
lalu, Yang Mahakuasa memperjalankan Baginda Rasul di sepenggal malam menuju
Singasana Tertinggi di Sidratil Muntaha. Tamasya ini lalu memunculkan
perdebatan panjang bahkan mungkin hingga dunia benar-benar dilipat di akhir
zaman.
Bukan memperdebatkan benar tidaknya
peristiwa agung tersebut tetapi lebih kepada pertanyaan apakah Baginda Rasul
pergi menghadap Allah secara jasmani atau ruhani atau secara kedua-duanya. Satu
hal yang pasti, umat Islam mengimani semua prosesi perjalanan Baginda Rasul.
Rupanya Allah telah mempersiapkan segala proses perjalanan menakjubkan tesebut
bahkan hingga hal-hal yang sangat detail sekalipun.
Maka dimulailah perjalanan ini dengan
proses awal pembedahan dada Baginda Rasul yang disucikan dengan air zamzam.
Sebuah mata air dengan miliaran kekuatan ruhani. Begitu selesai, maka
berangkatlah Baginda Rasul dengan Jibril menunggang Buroq, dari Masjidil Haram
di Makkah al-Mukarromah menuju Masjidil Aqsa al-Muqaddas di Palestina.
Perjalanan dengan jarak 1.500 kilometer itu hanya ditempuh tak lebih dari satu
detik. Bagaimana ini bisa terjadi?
Tentu ini begitu mudah bagi Allah.
Karena Jibril yang diciptakan dari cahaya bisa melesat dengan kecepatan
supercahaya sedang cahaya memiliki kecepatan tak kurang dari 300 ribu kilometer
per-jam. Maka jarak antara kedua masjid agung itu, hanya butuh waktu kurang
dari satu detik. Pelengkap lainnya adalah kendaraan Buroq; yang artinya antara
lain ''kilat''. Maka dimulailah Isra' dan Mi'raj.
Dialah manusia berbalut cahaya. Kalau
baginda Rasul tidak sempat dibedah oleh Jibril, maka tak terbayangkan betapa
besar risiko yang akan menimpa. Adakah sebuah kendaraan yang memiliki kecepatan
seperti itu? Adakah manusia, dengan segala unsur materi yang ada pada dirinya,
mampu bertahan dalam kecepatan semacam ini? Bukankah kalau itu terjadi, maka
raganya akan tercerai berai karena terbetot gaya gravitasi bumi?
Dengan pesawat biasa saja, kita
merasakan betapa beratnya terbang dengan kecepatan seperti itu. Lalu bagaimana
dengan pesawat tempur yang kecepatannya melebihi angka tersebut? Tetapi, inilah
sebuah peristiwa agung yang semuanya telah dipersiapkan oleh Allah Yang
Mahaagung bagi seorang kekasih-Nya yang agung, Baginda Muhammad. Hanya beliaulah
yang dipilih oleh Allah untuk bertandang ke Singgasana Arasy-Nya di Baytul
Ma'mur. Untuk apa semua kehendak Allah dengan Isra' dan Mi'raj ini?
Kalau menyimak penggalan ayat Isra'
dan Mi'raj dalam Alquran, maka dengan mudah kita akan menemukan sebuah isyarah
nyata bahwa Dia tengah berkehendak memperlihatkan kepada Baginda Rasul sebagian
dari ''tanda-tanda kekuasaan-Nya yang agung''; ''Linuriyahuu Min
Aayaatinaa''. Untuk apa diperlihatkan kepada Baginda Rasul ini semua?
Untuk menghiburnya setelah datangnya mendung
''Aamul Huzni''; tahun kesedihan karena wafatnya Sayyidah Khodijah dan
Sayyidina Hamzah. Untuk membesarkan hati baginda Rasul betapa tak terbayangkan
kekuasaan Allah. Betapa hanya kepada Dia semua alam secara tulus bisa tunduk,
luruh dan menghamba. Betapa hanya kepada Dia semua makhluk bergantung. Betapa
kecilnya kita di sebuah planet kecil bernama bumi. Betapa kecilnya bumi di
belantara miliaran planet lainnya di tata surya. Betapa kecilnya tata surya
kita di bentangan triliunan supercluster alam semesta.
Maka begitu Baginda Rasul
berhadap-hadapan dengan Allah, menjadi jelas seberapa agung hubungan antara
hamba agung dengan Yang Mahaagung ini. Adakah pihak lain? Jibril pun tak kuasa
sampai di sana .
Walau ia tercipta dari cahaya. Walau bersamanya wahyu Allah selalu terjaga
secara kudus. Walau dia perantara para nabi dengan Tuhannya. Dan seperti
dituturkan dalam banyak riwayat, maka Allah SWT mengamanatkan shalat kepada
semua umat Islam melalui Baginda Rasul.
Inilah sebuah fasilitas paling formal
dalam Islam yang dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya. Inilah sebuah napak tilas
yang disajikan oleh Allah kepada manusia agar bisa melakukan dialog dengan
Allah sebagaimana dialog Baginda Rasul dengan Kekasihnya dalam peristiwa mi'raj
yang agung. Betapa mudahnya hidup berketuhanan dan betapa murahnya ''ongkos''
perjalanan dialog menuju Tuhan.
Dialah shalat, sebuah medium yang
dibutuhkan oleh pikiran dan akal manusia, karena ia merupakan pengejawantahan
dari hubungannya dengan Tuhan, hubungan yang menggambarkan pengetahuannya
tentang tata kerja alam raya ini, yang berjalan di bawah satu kesatuan sistem.
Shalat juga menggambarkan tata inteligensia semesta yang total, yang sepenuhnya
diawasi dan dikendalikan oleh suatu kekuatan Yang Mahadahsyat. Benar adanya
penilaian bahwa semakin mendalam pengetahuan seseorang tentang tata kerja alam
raya ini, akan semakin tekun dan khusyu pula ia memnafaatkan waktu-waktu
shalatnya.
Shalat adalah kebutuhan jiwa, karena
tidak seorang pun dalam perjalanan hidupnya yang tidak pernah mengharap atau
tidak pernah merasa cemas. Hingga, pada akhirnya, sadar atau tidak, kita
menyampaikan harapan dan keluhan kepada Dia Yang Mahakuasa. Maka sungguh
teramat sangat buruk diri ini jika kita menghadapkan diri kita kepada Allah
As-Shomad, hanya pada saat kita sebagai anak manusia didesak oleh kebutuhan
yang menedera hidup. Wallaahu A'lamu Bishshowaab.
Hadir dan Menangkan hadiah nya tempat bermain poker 9 game dengan hanya 1 userid saja sudah bisa menikmati permainan kami di arenadomino(com)
BalasHapussilahkan langsung daftarkan diri anda bersama kami dengan pelayanan 24jam dan proses cepat yang kami berikan untuk kenyamanan anda semua dalam bermain di tempat kami segera bergabung peluang menang menunggu anda...
WA +855 96 4967353 🤗🤗🤗