Menjaga aqidah akhlak
meruakan hal yang penting bagi kita. Hal-hal yang dapat kita lakukan antara
lain dengan mempelajari ilmu-ilmu yang menyangkut aqidah akhlak, hal-hal yang
dapat merusak aqidah akhlak, menjauhkan perbuatan-perbuatan yang dapat merusak
aqidah akhlak dan mengamalkan ilmu yang telah kita pelajari.
Mengingat begitu pentingnya aqidah akhlak
ini, maka sebagian sekolah mulai memasukkan aqidah akhlak ini ke dalam mata
pelajaran di sekolah. Karena usia anak-anak sekolah merupakan usia yang labil,
di mana perlu ditanamkan sejak dini agar mereka mempunyai aqidah yang baik dan
akhlak yang terpuji.
Akhlak terpuji yaitu tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda
kesempurnaan iman seseorang kepada Allah. Akhlak yang terpuji dilahirkan dari
sifat-sifat yang terpuji pula.
Ada berbagai macam akhlak terpuji, baik terpuji kepada Allah, kepada alam,
kepada sesama manusia, dan kepada diri sendiri.
Dalam makalah ini akan dibahas akhlak-akhlak terpuji kepada diri sendiri.
Adapun sifat-sifat yang terpuji kepada diri sendiri diantaranya:
1. Tawakkal
2. Ikhtiar
3. Sabar
4. Syukur
5. Qana’ah
A.
Tawakkal
1. Pengertian Tawakkal
Kata tawakkal berasal dari bahasa Arab
yang artinya pasrah dan menyaerah. Secara istilah, tawakkal berarti sikap
pasrah dan menyerah terhadap hasil suatu pekerjaan atau usaha dengan
menyerahkan sepenuhnya kepada Allah SWT .
Tawakkal dapat diberi pengertian berserah
diri kepada Allah SWT setelah semua proses pekerjaan atau amalan lain sudah
dilakkan secara optimal. Tawakkal harus dilakukan setelah ada usaha dan
kerja keras dengan menerahkan segala kemampuan yang dimiliki. Akan tetapi,
ketika seseorang belum berusaha secara optimal untuk mencapai suatu angan
atau cita-citanya, kemudian ia pasrah atau berserah diri, maka orang tersebut
belum dapat dikatakan tawakkal.
Serahkan semua urusan hanya kepada Allah
SWT, jangan menggantungkan sesuatu kepada selain Allah. Sebab, hanya Allah-lah
yang mempunyai kekuasaan atas segala sesuatu. Segaloa usaha dan kerja keras
tidak akan berarti apa-apa, jika Allah tidak menghendaki keberhasilan ats usaha
itu. Manusia boleh berharap dan harus terus berusaha dengan seganap daya upaya,
namun jangan lupa bahwa manusia tidak dapat menentukan suatau usaha itu
berhasil atau gagal.
Dengan demikain, tawakkal dilakukan sesuai
dengan aturan yang benar, sehinga tidak ada penyimpangan akidah dan keyakinan
dari perbuatan tawakkal yang salah.
2. Perintah Bertawakal
Tawakal kepada Allah termasuk perkara yang
diwajibkan dalam Islam. Allah berfirman dalam surat Ali-Imran ayat 159,
yang artinya “ Maka
disebabkan rahmat Allah-lah kamu berlaku lemah membut terhadap mereka.
sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu , kaena itu maafkanlah mereka dan bermusawarahlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka
bertawakallah kepada Allah, Sungguh Allah mencintai orang yang bertawakal”.
Dan dalam surat al-Maidah ayat 23
yang artinya “…dan
bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang yang beriman.
3.
Bentuk-bentuk Bertawakal
Sebagai muslim kita harus mengenali
bentuk-bentuk perilaku tawakkal, agar kelak dapat mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-sehari, di antaranya sebagai berikut :
a. Melakukan sesuatu atas dasar niat ibadah kepada Allah SWT.
b. Tidak menggantungkan keberhasilan suatu usaha kepada
selain Allah SWT.
c. Bersikap pasrah dan siap menerima apa pun.
d. Tidak memaksakan kehendak atau keinginan kepada siapa pun
dan pihan mana pun.
e. Bersikap tegar dan tenang, baik dalam menerima
keberhasilan maupun kegagalan.
Contoh :
1) Rajin belajar dan tawakal dengan berdoa kepada Allah akan
menghasilkan kemudahan dalam mengerjakan soal.
2) Ayah dan Ibu Ahmad adalah petani kecil. Ia sangat
mendambakan agar Ahmad kelak menjadi anak saleh yang cerdas. Sebagai muslim dan
muslimat yang taat beragama, setiap hari mereka selalu berdoa dan bertawakal
kepada Allah semoga keluarganya hidup tentram di bawah ridho Allah.
4. Dampak Positif Tawakal
a. Memperoleh kepuasan batin karena keberhasilan usahanya
mendapat ridho Allah.
b. Memperoleh ketenangan jiwa karena dekat dengan Allah yang
mengatur segala-galanya. Mendapatkan keteguhan hati.
5. Membiasakan Diri Berperilaku Tawakal
Manusia harus sadar dirinya lemah,
terbukti sering mengalami kegagalan. Keberhasilan usaha manusia ada pada kuasa
dan kehendak Allah semata-mata. Oleh sebab itu, manusia harus mau bertawakal
kepada Allah setelah melakukan usaha secara sungguh-sungguh. Orang yang tawakal
berarti menunggu keberhasilan usahanya. Oleh sebab itu, pada waktu tawakal
hendaknya memperbanyak doa kepada Allah agar usahanya berhasil baik.
B. Ikhtiar
1. Pengertian Ikhtiar
Kata ikhtiar berasal dari bahasa Arab
(ikhtara-yakhtaru-ikhtiyaaran) yang berarti memilih. Ikhtiar diartikan berusaha
karena pada hakikatnya orang yang berusaha berarti memilih.
Adapun menurut istilah, berusaha dengan
mengerahkan segala kemampuan yang ada untuk meraih suatu harapan dan keingina
yang dicita-citakan, ikhtiyar juga juga dapat diartikan sebagai usaha
sungguh-sungguh yang dilakukan untuk mendapatkan kebahagiaan hidup, baik di
dunia maupun di akhirat.
2. Perintah untuk Berikhtiar
Dalil-dalil yang mewajibkan kita berikhtiar, antara lain :
a. Surat al-Jumu’ah ayat 10
Yang artinya
:”Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi, carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung”.
b. H.R. al-Bukhori nomor 1378 dari Zubair bin Awwam r.a
Yang artinya : “Sungguh, jika sekiranya salah seorang diantara kamu membawa
talinya(untuk mencari kayu bakar), kemudian ia kembali dengan membawa seikat
kayu di atas punggungnya, lalu ia jual sehingga Allah mencukupi
kebutuhannya(dengan hasil itu) adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada
manusia, baik mereka(yang diminta) member atau menolaknya.
3. Bentuk-bentuk Ikhtiar
Sebagai muslim kita harus mengenali
bentuk-bentuk perilaku ikhtiar, agar kelak dapat mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-sehari, di antaranya sebagai berikut :
a. Mau bekerja keras dalam mencapai suatu harapan dan
cita-cita.
b. Selalu bersemangat dalam menghadapi kehidupan.
c. Tidak mudah menyerah dan putus asa.
d. Disiplin dan penuh tanggung jawab.
e. Giat bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup.
f. Rajin berlatih dan belajar agar bisa meraih apa yang
diinginkannya.
4. Dampak Positif Ikhtiar
Banyak nilai positif yang terkandung dalam
perilaku ikhtiar, di antaranya sebagai berikut :
a. Terhindar dari sikap malas.
b. Dapat mengambil hikmah dari setiap usaha yang
dilakukannya.
c. Memberikan contoh tauladan bagi orang lain.
d. Mendapat kasih sayang dan ampuna dari Allah SWT.
e. Merasa batinnya puas karena dapat mencukupi kebutuhan
hidupnya.
f. Terhormat dalam pandangan Allah dan sesame manusia karena
sikapnya.
g. Dapat berlaku hemat dalam membelanjakan hartanya.
5. Membiasakan Diri Berikhtiar
Sikap perilaku ikhtiar harus dimiliki oleh
setiap muslim agar mampu menghadapi semua godaan dan tantangan dengan kerja
keras dan ikhtiar. Untuk itu hendaklah perhatikan terlebih dahulu beberapa hal
berikut :
a. Kuatkan iman kepada Allah SWT.
b. Hindari sikap pemalas.
c. Jangan mudah menyerah dan putus asa.
d. Berdo’a kepada Allah agar diberi kekuatan untuk selalu
berikhtiar.
e. Giat dan bersemangat dalam melakukan suatu usaha.
f. Tekun dalam melaksanakan tugas, Pandai-pandai memanfaatkan
waktu.
g. Tidak mudah putus asa, selalu berusaha memajukan usahanya.
C. Sabar
1. Pengertian Sabar
Menurut bahasa, sabar artinya tabah,tahan
uji.
Sabar berarti tahan menderita sesuatu,
tidak lekas marah, tidak lekas patah hati, dan tidak lekas putus asa.
Adapun menurut istilah, sabar ialah
kondisi ental seseorang yang mampu mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam
dirinya. hawa nafsu di sini mengandung arti sangat luas, misalnya amarah,
ambisi, serakah, tergesa-gesa, dan sebagainya. Oleh karena itu, orang yang
sabar adalah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya. Sabar merupakan salah
satu akhlak terpuji dan kunci untuk mendapatkan ketentraman dan kebahagiaan
hidup.
Kesabaran merupakan
salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Bahkan sebagian
ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengahnya keimanan. Sabar memiliki
kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan: Kaitan antara sabar dengan
iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak
disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak memiliki
kepala.
Namun kesabaran adalah bukan semata-mata
memiliki pengertian "nrimo", ketidak mampuan dan identik dengan
ketertindasan. Sabar sesungguhnya memiliki dimensi yang lebih pada pengalahan
hawa nafsu yang terdapat dalam jiwa insan. Dalam berjihad, sabar diimplementasikan
dengan melawan hawa nafsu yang menginginkan agar dirinya duduk dengan santai
dan tenang di rumah. Justru ketika ia berdiam diri itulah, sesungguhnya ia
belum dapat bersabar melawan tantangan dan memenuhi panggilan ilahi.
Sabar juga memiliki dimensi untuk merubah
sebuah kondisi, baik yang bersifat pribadi maupun sosial, menuju perbaikan agar
lebih baik dan baik lagi. Bahkan seseorang dikatakan dapat diakatakan tidak
sabar, jika ia menerima kondisi buruk, pasrah dan menyerah begitu saja. Sabar
dalam ibadah diimplementasikan dalam bentuk melawan dan memaksa diri untuk
bangkit dari tempat tidur, kemudian berwudhu lalu berjalan menuju masjid dan
malaksanakan shalat secara berjamaah. Sehingga sabar tidak tepat jika hanya
diartikan dengan sebuah sifat pasif, namun ia memiliki nilai keseimbangan
antara sifat aktif dengan sifat pasif.
2. Macam-macam Sabar
Iman al-Gazali membagi kesabaran menjadi tiga macam, yaitu :
a. Sabar dalam ketaatan, yaitu melaksanakan tugas atau
kewajiban dengan ikhlas.
b. Sabar dalam menghadapi musibah, yaitu tabah atau kuat hati
saat menerima cobaan hidup.
c. Sabar dari maksiat, yaitu rela meninggalkan perbuatan
maksiat dan tidak menyesal atau iri apabila melihat orang lain dapat
bersenang-senang dalam maksiat.
3. Perintah untuk Bersabar
a. Sabar dalam Ketaatan, dalam firman Allah, surat Ali-Imran
ayat 200
b. Sabar dalam Musibah, dalam Firman Allah surat al-Baqarah
ayat 155-156
c. Sabar dari Maksiat, dalam firman Allah surat an-Nahl ayat
126-127
d. Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala
urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat
kecuali hanya pada orang mu'min: Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia
bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik
untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui)
bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya." (HR. Muslim)
4. Bentuk-bentuk atau Contoh Sikap Sabar
Sebagai muslim kita harus mengenali
bentuk-bentuk perilaku sabar, agar kelak dapat mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-sehari, di antaranya sebagai berikut :
a. Bersabar dalam hal belajar untuk meraih cita-cita dan
harapan
b. Sabar ketika diejek oleh teman-teman, karena kesabaran
akan membawa hasil yang positif.
c. Tidak mudah emosi atau marah.
d. Tidak tergesa-gesa.
e. Menerima segala sesuatu dengan kepala dingin.
f. Tidak mudah menyalahkan orang lain.
g. Selalu berserah diri kepada Allah SWT.
5. Dampak Positif Sikap Sabar
Banyak nilai positif yang terkandung dalam
perilaku sabar, di antaranya sebagai berikut :
a. Terhindar dari bencana dan mala petaka yang disebabmkan
oleh nafsu.
b. Melatih diri mengendalikan hawa nafsu.
c. Disayang oleh Allah.
d. Memiliki emosi yang stabil
e. Memiliki harapan akan masuk ke surge sesuai janji Allah
da;am surat al-Baqarah ayat 155
f. Berhasil mengembalikan persaudaraan yang hamper rusak.
6. Membiasakan Diri Bersikap Sabar
a. Selalu ingat bahwa marah tidak dapat menyelesaikan masalah
b. Memperbanyak bergaul dengan teman-teman yang baik,
berakhlak mulia
c. Membatasi diri dan bersikap-hati-hati dalam bergaul dengan
teman yang berwatak keras dan kasar.
d. Hindari bergaul dengan orang-orang yang berperilaku tidak
menyenangkan.
e. Hadapi segala sesuatu dengan tenang.
f. Hindari sifat tergesa-gesa.
D. Syukur
1. Pengertian Syukur
Syukur berasal dari bahasa Arab yang
berarti berterima kasih. Menurut istilah, bersyukur adalah berterima kasih
kepada Allah atas karunia yang dianugerahkan kepada dirinya.
Apabila direnungkan secara mendalam,
ternyata memang banyak nikmat Allah yang telah kita terima dan gunakan dalam
hidup ini. Demikian banyaknya sehingga kita tidak mampu menghitungnya.
Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat
dengan menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan kehendak pemberinya.
Sedangkan kufur adalah menyembunyikan dan melupakan nikmat.
Pada dasarnya, semua bentuk syukur
ditujukan kepada Allah. Namun, bukan berarti kita tidak boleh bersyukur kepada
mereka yang menjadi perantara nikmat Allah. Ini bisa dipahami dari perintah
Alah untuk bersyukur kepada orang tua yang telah berjasa menjadi perantara
kehadiran kita di dunia.
Perintah bersyukur kepada orang tua
sebagai isyarat bersyukur kepada mereka yang berjasa dan menjadi perantara
nikmat Alloh. Orang yang tidak mampu bersyukur kepada sesama sebagai tanda ia
tidak mampu pula bersyukur kepada Alloh swt.
Manfaat syukur akan menguntungkan
pelakunya. Allah tidak akan memperoleh keuntungan dengan syukur hamba-Nya dan
tidak akan rugi atau berkurang keagungan-Nya apabila hamba-Nya kufur.
2. Perintah Bersyukur
Mensyukuri nikmat Allah adalah kewajiban setiap muslim dan muslimat.
Dalil-dalil yang mewajibkan bersyukur, diantaranya :
a. Surat al-Baqarah ayat 152
b. Surat an-Nahl ayat 114
c. Surat al-Ankabut ayat 17
d. Allah berfirman, ''Dan siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya
dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan siapa yang ingkar, maka
sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia.'' (QS 27: 40)
e. Nabi bersabda, ''Siapa yang tidak mensyukuri manusia, maka
ia tidak mensyukuri Alloh.'' (HR Tirmidzi).
f. Firman Allah SWT, ''Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada
kedua ibu-bapakmu, hanya kepada-Kulah kamu kembali.'' (QS 31: 14).
g. Allah SWT berfirman, ''Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu
memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih'.'' (QS 14: 7).
h. Allah berfirman, ''Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat
Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'' (QS 16: 18).
i. ”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan
menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),maka pasti
azab-Ku sangat berat."(QS.ibrahim : 14)
3. Bentuk-bentuk Bersyukur
Sebagai muslim kita harus mengenali
bentuk-bentuk perilaku syukur, agar kelak dapat mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-sehari, di antaranya sebagai berikut :
a. Selalu mengucapkan “al hamdulillah” atau terima
kasihsetiap kali menerima menukmatan.
b. Menggunakan apa yang diberikan sesuai dengan kehendak
pamberinya.
c. Menjaga dan merawat dengan baik apa yang telah diberikan.
d. Menyisihkan sebagian harta kita untuk diserahkan ke baitul
mal
e. Menyisihkan waktunya untuk membantu orang yang belum bisa
membaca Al-Quran.
4. Nilai Positif Bersyukur
Banyak nilai positif yang terkandung dalam
perilaku syukur, di antaranya sebagai berikut :
a. Memperoleh kepuasan batin karena dapat menaati salah satu
kewajiban hamba terhadap Allah SWT.
b. Terhindar dari sifat tamak
c. Terhindar dari murka Allah SWT.
d. Mendapat jaminan tambahan nikmat Allah
5. Membiasakan Diri Bersyukur
a. Menerima pemberian orang tua dengan senang hati
b. Memanfaatkan uang untuk membeli hal-hal yang bermanfaat
c. Tidak boros dalam menggunakan uang
E. Qana’ah
1. Pengertian Qonaah
Kata qonaah berasal dari bahasa Arab yang
berarti rela, suka menerima yang dibagikan kepadanya. Adapun secara istilah,
qonaah adalah sikap menerima semua yang telah dikaruniakan Allah SWT kepada
kita. Dapat pula dikatakan bahwa qana’ah ialah sikap perilaku menerima dan
menggunakan suatu pemberian Allah sesuai dengan ketentuan Allah dan kebutuhan
kita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kekayaan (yang haqiqi)
bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang haqiqi) adalah kekayaan
jiwa.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kekayaan jiwa dalam hadits tersebut adalah Qona’ah. Dalam bahasa jawa sering
diartikan sebagai sikap “nerimo”. Bersyukur terhadap apa-apa yang telah
diberikan oleh Allah. Terkadang yang diterima oleh manusia menurut ukuran
materi jumlahnya sedikit, tetapi sebenarnya nikmat yang diberikan oleh Allah
tidak bisa terhitung jumlahnya.
Di kesempatan yang lain rasulullah juga bersabda “Sungguh sangat beruntung
orang yang telah masuk Islam, diberikan rizki yang cukup dan Allah
menjadikannya merasa puas dengan apa yang diberikan kepadanya.” (HR. Muslim).
Islam memberikan jaminan rezeki bagi penganutnya selama mereka taat terhadap
perintah-perintah Allah disamping mereka harus Qona’ah terhadap apa-apa yang
diberikan Allah untuknya.
Merasa puas terhadap apa yang didapatkan akan menjadikan hati menjadi Qona’ah.
Dan orang-orang yang bersikap Qona’ah akan mudah untuk bersyukur pada Allah.
Yang kemudian akan diberikan limpahan rahmat lebih banyak lagi karena
kesyukurannya tersebut.
Sebenarnya orang fakir itu adalah orang yang tidak pernah mempunyai sifat
Qona’ah dalam dirinya. Karena mereka merasa kekurangan terus menerus dalam
hidupnya. Tetapi lain halnya dengan hakekat orang yang kaya, Ia selalu merasa
puas terhadap apa yang didapatnya sehingga ia bersyukur.Setan selalu menggoda
manusia untuk tidak Qona’ah terhadap dunia. Akibatnya manusia selalu merasa
kurang terhadap apa yang diberikan oleh Allah. Memang sifat Qona’ah itu tidak
jatuh dari langit dengan sendirinya kepada manusia, tetapi harus diasah dan
dilatih. Dan hanya dengan sikap sabar bisa menumbuhkan sifat Qona’ah. Sabar
untuk selalu berusaha merasa puas terhadap apa yang didapatnya.
Dengan sifat Qona’ah ini, orang akan selalu merasa bersyukur, sehingga mudah
baginya untuk berbagi kepada orang lain dan dapat menghilangkan sifat serakah
dalam hati. Ni’mat yang digenggamnya tidak ia nikmati sendiri tetapi ia bagikan
kepada orang-orang disekitarnya yang membutuhkan. Artinya qana’ah tidak hanya
pada waktu rizki yang kita terima sedikit, tetapi pada waktu rizki melimpah pun
kita harus tetap qana’ah.
2. Perintah untuk Bersifat Qonaah
Dalil tentang wajibnya memiliki sifat qonaah, antara lain :
Dalam surat an-Nisa’ ayat 32 , dimana ayat
ini berisi tentang larangan bersikap iri terhadap karunia yang diterima orang
lain, sedangkan sikap iri berarti tidak suka melihat orang lain mendapatkan
kesenangan
3. Bentuk-bentuk Qonaah
a. Selalu ikhlas menerima kenyataan hidup.
b. Tidak banyak berangan-angan.
c. Tidak bersikap iri ter hadap kenikmatan yang diterima
orang lain.
1) Sudah cukup merasa senang walaupun ke sekolah dengan
berjalan kaki.
2) Merasa cukup dengan kondisi yang pas-pasan,asalkan mampu
menyekolahkan anaknya.
4. Nilai Positif Qonaah
a. Terhindar dari sifat tamak
b. Dapat merasakan ketenteraman hidup karena merasa cukup
atas karunia Allah yang dianugerahkan kepada dirinya
c. Mendapat jaminan tambahan nikmat dari Allah dan terhindar
dari ancaman siksa yang berat
5. Membiasakan Diri Bersifat Qonaah
a. Sering memperhatikan orang-orang yang lebih miskin
daripada kita
b. Tidak sering memerhatikan orang yang lebih kaya agar kita
tidak merasa kurang
c. Membiasakan diri berlaku hemat.
d. Biasakan bersikap ikhlas.
e. Hindari kebiasaan berangan-angan.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Akhlak terpuji yaitu tingkah laku yang
terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah. Akhlak
yang terpuji dilahirkan dari sifat-sifat yang terpuji pula.
Ada berbagai macam akhlak terpuji, baik
terpuji kepada Allah, kepada alam, kepada sesama manusia, dan kepada diri
sendiri. Di antaranya yaitu tawakkal, ikhtiar, sabar, syukur, dan qana’ah.
Tawakkal berarti sikap pasrah dan menyerah
terhadap hasil suatu pekerjaan atau usaha dengan menyerahkan sepenuhnya kepada
Allah SWT. Ikhtiar diartikan berusaha karena pada hakikatnya orang yang
berusaha berarti memilih. Sabar berarti tahan menderita sesuatu, tidak lekas
marah, tidak lekas patah hati, dan tidak lekas putus asa. Bersyukur adalah
berterima kasih kepada Allah atas karunia yang dianugerahkan kepada dirinya.
Qonaah adalah sikap menerima semua yang telah dikaruniakan Allah SWT kepada
kita.
Menerapkan perilaku-perilaku di atas bukan
berarti kita menyerah begitu saja, tapi tetap berusaha sekuat tenaga. Karena
segala sesuatu hanya di tangan Allah SWT, manusia hanya bisa
berusaha.
DAFTAR PUSTAKA
Wahid. A, Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah untuk kelas VIII
semester 1 dan 2,Bandung : CV.Armico, 2009.ü
LKS Al Azhar Aqidah AkhlaqMTs kelas VIII semester
ganjil,Gresik:CV.Putra Kembar Jaya, 2009.ü
ü
Darsono. H. dan Ibrahim, Membangun Akidah dan Akhlak 1 untuk Kelas VIII
Madrasah Tsanawiyah, Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. 2007.ü
http://fiqihzaim.blogspot.com/2012/02/bab-i-pendahuluan.html