Rabu, 27 Februari 2013

5 Perusak Hati



 
Hati adalah pengendali. Jika ia baik, baik pula perbuatannya. Jika ia rusak, rusak pula perbuatannya. Maka menjaga hati dari kerusakan adalah niscaya dan wajib.

Tentang perusak hati, Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan ada lima perkara, 'bergaul dengan banyak kalangan (baik dan buruk), angan-angan kosong, bergantung kepada selain Allah, kekenyangan dan banyak tidur.'

Bergaul dengan banyak kalangan

Pergaulan adalah perlu, tapi tidak asal bergaul dan banyak teman. Pergaulan yang salah akan menimbulkan masalah. Teman-teman yang buruk lambat laun akan menghitamkan hati, melemahkan dan menghilangkan rasa nurani, akan membuat yang bersangkutan larut dalam memenuhi berbagai keinginan mereka yang negatif.

Dalam tataran riel, kita sering menyaksikan orang yang hancur hidup dan kehidupannya gara-gara pergaulan. Biasanya out put semacam ini, karena motivasi bergaulnya untuk dunia. Dan memang, kehancuran manusia lebih banyak disebabkan oleh sesama manusia. Karena itu, kelak di akhirat, banyak yang menyesal berat karena salah pergaulan. Allah berfirman:
"Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zhalim menggigit dua tangannya seraya berkata, 'Aduhai (dulu) kiranya aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur'an ketika Al-Qur'an itu telah datang kepadaku." (Al-Furqan: 27-29).

"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa." (Az-Zukhruf: 67).

"Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini, kemudian di hari Kiamat sebagian kamu mengingkari sebagian (yang lain) dan sebagian kamu melaknati sebagian (yang lain), dan tempat kembalimu adalah Neraka, dan sekali-kali tidak ada bagimu para penolong." (Al-Ankabut: 25).

Inilah pergaulan yang didasari oleh kesamaan tujuan duniawi. Mereka saling mencintai dan saling membantu jika ada hasil duniawi yang diingini. Jika telah lenyap kepentingan tersebut, maka pertemanan itu akan melahirkan duka dan penyesalan, cinta berubah menjadi saling membenci dan melaknat.

Karena itu, dalam bergaul, berteman dan berkumpul hendaknya ukuran yang dipakai adalah kebaikan. Lebih tinggi lagi tingkatannya jika motivasi pertemanan itu untuk mendapatkan kecintaan dan ridha Allah.

Larut dalam angan-angan kosong

Angan-angan kosong adalah lautan tak bertepi. Ia adalah lautan tempat berlayarnya orang-orang bangkrut. Bahkan dikatakan, angan-angan adalah modal orang-orang bangkrut. Ombak angan-angan terus mengombang-ambingkannya, khayalan-khayalan dusta senantiasa mempermainkannya. Laksana anjing yang sedang mempermainkan bangkai.

Angan-angan kosong adalah kebiasaan orang yang berjiwa kerdil dan rendah. Masing-masing sesuai dengan yang diangankannya. Ada yang mengangankan menjadi raja atau ratu, ada yang ingin keliling dunia, ada yang ingin mendapatkan harta kekayaan melimpah, atau isteri yang cantik jelita. Tapi itu hanya angan-angan belaka.

Adapun orang yang memiliki cita-cita tinggi dan mulia, maka cita-citanya adalah seputar ilmu, iman dan amal shalih yang mendekatkan dirinya kepada Allah. Dan ini adalah cita-cita terpuji. Adapun angan-angan kosong ia adalah tipu daya belaka. Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam memuji orang yang bercita-cita terhadap kebaikan.

Bergantung kepada selain Allah

Ini adalah faktor terbesar perusak hati. Tidak ada sesuatu yang lebih berbahaya dari bertawakkal dan bergantung kepada selain Allah.
Jika seseorang bertawakkal kepada selain Allah maka Allah akan menyerahkan urusan orang tersebut kepada sesuatu yang ia bergantung kepadanya. Allah akan menghinakannya dan menjadikan perbuatannya sia-sia. Ia tidak akan mendapatkan sesuatu pun dari Allah, juga tidak dari makhluk yang ia bergantung kepadanya. Allah berfirman, artinya:
"Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka. Sekali-kali tidak, kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka." (Maryam: 81-82)

"Mereka mengambil sembahan-sembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan. Berhala-berhala itu tidak dapat menolong mereka, padahal berhala-berhala itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga mereka." (Yasin: 74-75)

Maka orang yang paling hina adalah yang bergantung kepada selain Allah. Ia seperti orang yang berteduh dari panas dan hujan di bawah rumah laba-laba. Dan rumah laba-laba adalah rumah yang paling lemah dan rapuh. Lebih dari itu, secara umum, asal dan pangkal syirik adalah dibangun di atas ketergantungan kepada selain Allah. Orang yang melakukannya adalah orang hina dan nista. Allah berfirman, artinya: "Janganlah kamu adakan tuhan lain selain Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah)." (Al-Isra': 22)

Terkadang keadaan sebagian manusia tertindas tapi terpuji, seperti mereka yang dipaksa dengan kebatilan. Sebagian lagi terkadang tercela tapi menang, seperti mereka yang berkuasa secara batil. Sebagian lagi terpuji dan menang, seperti mereka yang berkuasa dan berada dalam kebenaran. Adapun orang yang bergantung kepada selain Allah (musyrik) maka dia mendapatkan keadaan yang paling buruk dari empat keadaan manusia, yakni tidak terpuji dan tidak ada yang menolong.

Makanan

Makanan perusak ada dua macam.

Pertama , merusak karena dzat/materinya, dan ia terbagi menjadi dua macam. Yang diharamkan karena hak Allah, seperti bangkai, darah, anjing, binatang buas yang bertaring dan burung yang berkuku tajam. Kedua, yang diharamkan karena hak hamba, seperti barang curian, rampasan dan sesuatu yang diambil tanpa kerelaan pemiliknya, baik karena paksaan, malu atau takut terhina.

Kedua, merusak karena melampaui ukuran dan takarannya. Seperti berlebihan dalam hal yang halal, kekenyangan kelewat batas. Sebab yang demikian itu membuatnya malas mengerjakan ketaatan, sibuk terus-menerus dengan urusan perut untuk memenuhi hawa nafsunya. Jika telah kekenyangan, maka ia merasa berat dan karenanya ia mudah mengikuti komando setan. Setan masuk ke dalam diri manusia melalui aliran darah. Puasa mempersempit aliran darah dan menyumbat jalannya setan. Sedangkan kekenyangan memperluas aliran darah dan membuat setan betah tinggal berlama-lama. Barangsiapa banyak makan dan minum, niscaya akan banyak tidur dan banyak merugi.

Dalam sebuah hadits masyhur disebutkan: "Tidaklah seorang anak Adam memenuhi bejana yang lebih buruk dari memenuhi perutnya (dengan makanan dan minuman). Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap (makanan) yang bisa menegakkan tulang rusuknya. Jika harus dilakukan, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga lagi untuk nafasnya." (HR. At-Tirmidzi, Ahmad dan Hakim, dishahihkan oleh Al-Albani).

Kebanyakan tidur

Banyak tidur mematikan hati, memenatkan badan, menghabiskan waktu dan membuat lupa serta malas. Di antara tidur itu ada yang sangat dibenci, ada yang berbahaya dan sama sekali tidak bermanfaat. Sedangkan tidur yang paling bermanfaat adalah tidur saat sangat dibutuhkan.

Segera tidur pada malam hari lebih baik dari tidur ketika sudah larut malam. Tidur pada tengah hari (tidur siang) lebih baik daripada tidur di pagi atau sore hari. Bahkan tidur pada sore dan pagi hari lebih banyak madharatnya daripada manfaatnya.

Di antara tidur yang dibenci adalah tidur antara shalat Shubuh dengan terbitnya matahari. Sebab ia adalah waktu yang sangat strategis. Karena itu, meskipun para ahli ibadah telah melewatkan sepanjang malamnya untuk ibadah, mereka tidak mau tidur pada waktu tersebut hingga matahari terbit. Sebab waktu itu adalah awal dan pintu siang, saat diturunkan dan dibagi-bagikannya rizki, saat diberikannya barakah. Maka masa itu adalah masa yang strategis dan sangat menentukan masa-masa setelahnya. Karenanya, tidur pada waktu itu hendaknya karena benar-benar sangat terpaksa.

Secara umum, saat tidur yang paling tepat dan bermanfaat adalah pada pertengahan pertama dari malam, serta pada seperenam bagian akhir malam, atau sekitar delapan jam. Dan itulah tidur yang baik menurut pada dokter. Jika lebih atau kurang daripadanya maka akan berpengaruh pada kebiasaan baiknya. Termasuk tidur yang tidak bermanfaat adalah tidur pada awal malam hari, setelah tenggelamnya matahari. Dan ia termasuk tidur yang dibenci Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam .

(Disadur dari Mufsidaatul Qalbi Al-Khamsah, min kalami Ibni Qayyim Al-Jauziyyah)

(Abu Okasha Ainul Haris)


Tiga Ibadah Penting Dalam Bulan Ramadhan



 
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.


Alhamdulillah kita bersyukur kepada Alah Subhanahu wa Ta’ala yang senantiasa memberikan banyak kenikmatan sehingga tidak terhitung nilai dan jumlahnya. Nikmat tersebut dicurahkan siang dan malam kepada kita. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita termasuk hamba-hambaNya yang senang bersyukur kepadaNya. Yaitu dengan meningkatkan taqwa dan taqarrub kepadaNya.

Sidang shalat Jum’at rahimakumullah,
Dengan dekatnya bulan Ramadhan, kami ingin mengingatkan diri kami sendiri, dan juga kepada kaum muslimin, bahwa pada bulan yang penuh barakah ini mengandung tiga jenis ibadah yang agung, yaitu zakat, puasa dan tarawih.

Tentang zakat, alhamdulillah banyak kaum Muslimin yang melaksanakannya pada bulan ini. Syari’at zakat merupakan bagian dari ibadah. Juga merupakan salah satu kewajiban dalam Islam. Dengan menunaikan zakat, berarti kita telah bertaqarrub, mendekatkan diri kepada Allah, dan telah melaksanakan salah satu rukun Islam. Zakat yang dikeluarkan itu, bukanlah beban yang akan menyebabkan kita miskin, sebagaimana kekhawatiran yang dibisikkan setan kepada orang yang lemah imannya. Tetapi, justru membayar zakat akan menambah harta seseorang, Allah Subhanahu wa Ta’ala:
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُم بِالْفَحْشَآءِ وَاللهُ يَعِدُكُم مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلاً وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمُ {268}


Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripadaNya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui. (QS al Baqarah/2 : 268).
مَّثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنبُلَةٍ مِّاْئَةُ حَبَّةٍ وَاللهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَآءُ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ {261}

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai seratus biji. Allah melipat-gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah/2 : 261).
وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغَآءَ مَرْضَاتِ اللهِ وَتَثْبِيتًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلُُ فَئَاتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِن لَّمْ يُصِبْهَا وَابِلُُ فَطَلُُّ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ {265}

Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat. (QS al-Baqarah/2 : 265).

Jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah.
Dalam membayarkan zakat, hendaklah kita tunaikan dengan penuh amanah. Kita keluarkan zakat dari benda-benda yang wajib dizakati, sedikit atau banyak. Kita hitung dengan teliti. Sehingga barang yang sudah wajib dizakati, sedikitpun tidak terabaikan. Karena tujuan menunaikan zakat adalah untuk membebaskan diri dari tanggungan kewajiban, dan menyelamatkan diri dari ancaman yang amat dahsyat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَلاَيَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَآءَاتَاهُمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَّهُمْ بَلْ هُوَ شَرُُّ لَّهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَابَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَللهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرُُ {180}

Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kemu kerjakan. (QS. Ali Imran/3 : 180).
وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلاَيُنفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللهِ فَبَشِّرْهُم بِعَذَابٍ أَلِيمٍ {34} يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ هَذَا مَاكَنَزْتُمْ لأَنفُسِكُمْ فَذُوقُوا مَاكُنتُمْ تَكْنِزُونَ {35}

Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukan kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu di dalam neraka Jahannam, lalu dibakarnya dari mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari ) apa yang kamu simpan”. (QS. At Taubah/9 : 34-35).

Tentang ayat yang pertama, Rasulullah bersabda :
مَنْ آتَاهُ الله مَالاً فَلَمْ يُوَدّ زَكَاتَهُ مُثِلّ لَهُ مَالُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شُجَاعًا أَقْرَعَ لَهُ زَبِيْبَتَانِ ثُمّ يَأْخُذُ بِلِهْزِمَتَيْهِ يَعْنِي بِشِدْقَيْهِ ثُمّ يَقُوْلُ أَنَا مَالُكَ أَنَا كَنْزُكَ

Orang yang dianugerahi harta oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian dia tidak menunaikan zakatnya, maka pada hari Kiamat harta itu dijelmakan ke wujud seekor ular yang sangat berbisa, memiliki dua taring lalu dia menerkam dengan dua rahangnya seraya berkata : “Aku adalah hartamu, aku adalah simpananmu”.

Sedangkan tentang ayat kedua, telah dijelaskan oleh Rasulullah shollalllahu ‘alaihi wa sallam :
مَا مِنْ صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلاَ فِضَّةٍ لاَ يُؤَدِّي مِنْهَا حَقَّهَا إِلَّا إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ صُفِّحَتْ لَهُ صَفَائِحُ مِنْ نَارٍ فَأُحْمِيَ عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَيُكْوَى بِهَا جَنْبُهُ وَجَبِينُهُ وَظَهْرُهُ كُلَّمَا بَرَدَتْ أُعِيدَتْ لَهُ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ فَيَرَى سَبِيلَهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ


Tidak ada seorangpun pemilik emas dan perak yang tidak menunaikan zakatnya, kecuali nanti pada hari Kiamat dia akan dibuatkan lempengan-lempengan dari api, kemudian dipanaskan di atas api. Lempengan itu digunakan untuk menyetrika bagian samping tubuh, kening dan punggungnya. Tatkala lempengan itu mulai mendingin, akan dikembalikan (untuk dipanaskan lagi). (Kejadian ini) berlangsung selama lima puluh ribu tahun, sampai semua hamba selesai diadili. Lalu dia akan melihat jalan, mungkin ke surga atau mungkin ke neraka.

Kaum muslimin rahimakumullah
Setelah menyimak nash-nash di atas, semestinya kita takut dengan ancaman-ancaman tersebut. Tunaikanlah zakat kepada dengan penuh amanah, dan berikanlah kepada yang berhak menerimanya, tidak asal mengerjakan. Harta zakat jangan digunakan untuk kepentingan yang lain. Kita berharap, semoga zakat yang kita bayarkan diterima Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kaum muslimin, jama’ah shalat jum’at rahimakumullah,
Adapun jenis ibadah kedua yang ada pada bulan ini, yaitu Puasa Ramadhan. Ibadah ini, juga merupakan salah satu rukun Islam. Manfaat puasa telah dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam al Qur’an surat al Baqarah/2 ayat 183, yaitu agar kita menjadi orang yang bertaqwa.

Itulah hakikat tujuan puasa, yaitu agar kita menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yakni dengan menjalankan perintah-perintahNya dan menjauhi laranganNya. Maka seorang muslim semestinya melaksanakan yang telah menjadi kewajibannya. Dalam menjalankan puasa, seorang muslim juga dituntut untuk menjauhi hal-hal yang diharamkan, seperti berkata dusta, ghibah (menggunjing) dan lainnya. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ


Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh pada puasanya. (HR Bukhari-Muslim).

Hadits ini menunjukkan, orang yang berpuasa, sangat ditekankan untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang diharamkan ini. Mengapa? Karena sangat berpengaruh terhadap puasa yang sedang dijalankan.

Namun amat disesalkan, banyak kaum Muslimin, ketika menjalankan ibadah puasa pada bulan ini, keadaannya tidak berbeda antara saat berpuasa dan tidak puasa. Ada di antaranya yang tetap saja menganggap remeh kewajiban-kewajiban, atau tetap saja melakukan perbuatan-perbuatan diharamkan. Sungguh sangat disesalkan. Seorang mu’min yang berakal, ia tidak akan menjadikan hari-hari puasanya sama dengan hari-hari yang lain. Pada saat berpuasa, ia akan lebih bertaqwa kepada Allah, dan lebih bersemangat menjalankan perintah.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita termasuk orang-orang menjalankan ibadah puasa dengan benar, dan semoga puasa yang kita lakukan diterima Allah Subhanahu wa Ta’ala.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ الله لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرّحِيْمُ



[KHUTBAH KEDUA]
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.

Jama’ah shalat Jum’at rahimani wa rahimakumullah
Jenis ibadah yang ketiga dalam bulan Ramadhan, yaitu ibadah shalat tarawih. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam sangat menganjurkan ibadah ini. Beliau shollallahu wa sallam menyampaikan dalam sabdanya :

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ


Orang yang melaksanakan qiyam ramadhan (tarawih) karena iman dan ingin mendapatkan balasa, maka dia akan diampuni dari dosanya. (HR. Bukhari-Muslim)

Qiyam Ramadhan ini juga mencakup shalat-shalat sunat pada malam-malam Ramadhan dan shalat tarawih. Oleh karena itu, seharusnya kita memperhatikan dan senantiasa menjaganya. Kita laksanakan dengan penuh antusias bersama imam, dan tidak meninggalkan imam. Demikian ini karena Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :
مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ

Barangsiapa shalat bersama imam sampai imam itu selesai, maka dituliskan baginya shalat satu malam.

Adapun kepada para imam yang menjadi imam dalam shalat tarawih, hendaknya bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam menjalankannya. Seorang imam hendaklah tetap menjaga thuma’ninah dan dengna tenang, sehingga para ma’mun memiliki kesempatan untuk menjalankan hal-hal yang diwajibkan atau disunnahkan, sesuai dengan kemampuannya.

Jama’ah shalat jum’at rahimani wa rahimakumullah,
Sungguh, pada masa sekarang ini, kita melihat renomena yang amat menyedihkan. Ada di antara para imam yang melaksanakan shalat tarawih secara cepat, sehingga meninggalkan thuma’ninah. Padahal, thuma’ninah merupakan salah satu rukun shalat. Pelaksanaan ibadah shalat yang tidak memperhatikan thuma’ninah adalah haram. Hal ini disebabkan : Pertama, karena ia meninggalkan thuma’ninah. Kedua, meskipun tidak sampai meninggalkan thuma’ninah, akan tetapi perbuatan imam tersebut telah menyebabkan orang-orang yang ma’mum kepadanya merasa kelelahan, dan tidak bisa melaksanakan yang seharusnya mereka lakuka. Dan perlu diketahui, orang yang menjadi imam dalam shalat, tidaklah sama dengan shalat sendirian. Seorang imam wajib memperhatikan para ma’mumnya, menunaikan amanah yang ada di pundaknya, serta melaksanakan shalat sebagaimana mestinya.
Para ulama menyebutkan, seorang imam dimakruhkan untuk mempercepat shalat, sehingg menyebabkan ma’mum tidak bisa melaksanakan hal-hal yang disunnatkan. Lalu bagaimana kalau sang imam mempercepat shalatnya, sehingga para ma’mum tidak bisa melaksanakan hal-hal yang diwajibkan?

Terakhir, kami nasihatkan kepada diri kami sendiri, juga kepada kaum Muslimin, hendaklah kita bertaubat dan kembali ke jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, melaksanakan ketaatan-ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sesuai dengan kemampuan, baik pada bulan Ramadhan maupun di luar Ramadhan.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّهُمّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنًاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنّكَ سَمِيْعٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبّنََا لاَتًؤَخِذْنَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلىَ الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تُحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَنَا فَانْصُرْنَا عَلىَ الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبّنَا آتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لله رَبّ الْعَالَمِيْنَ.


Shalat dan Manusia Berbalut Cahaya




Oleh : KH A Hasyim Muzadi
Sadarkah kita, umat Islam, betapa spektakulernya figur anak manusia bernama Muhammad Bin Abdullah? Beliau ditetapkan sebagai nabi terakhir, tetapi ruhnya telah dipersiapkan oleh Allah SWT jauh-jauh hari sebelum Bapak Para Manusia, Nabi Adam As diciptakan. Baginda Rasul adalah manusia banyak dimensi karena dalam dirinya mengalir wahyu Allah.
Tak pernah meluncur dari kedua bibirnya yang mulia kecuali perkataan yang menyejukkan hati. Tak pernah ada sosok manusia di kolong langit ini yang helai-helai rambutnya jadi bahan rebutan para sahabatnya. Tak pernah kita temukan, figur manusia yang tetesan air wudhunya diburu oleh para pecintanya. Juga tak pernah kita temukan seseorang yang hamba, tetapi sesungguhnya menyunggi sebuah mahkota seorang raja diraja dari Robbul Izzati. Mustahil kita temukan seorang anak manusia yang tetesan air keringatnya dijadikan aroma para pengantin.
Kendati demikian, Baginda Rasul tetaplah seorang anak manusia yang memiliki semua sisi-sisi terhalus kemanusiaan. Maka begitu ditinggal wafat istri tercintanya, Sayyidah Khodijah al-Kubro, beliau seperti terhempas dari kenyataan hidup. Bahkan musibah seperti tiada henti ketika pada tahun yang sama, pelindung sejati dari ancaman kaum kafir, pamandanya Sayyidina Hamzah Bin Abdul Muthollib, juga wafat, yang hal ini membuat Baginda Rasul seperti tercerabut dari akar bumi.
Para sahabatnya tak mampu lagi menghibur karena derita begitu berat menghantam ulu hati terdalam. Maka ketika hidup tinggal menyisakan harapan, Kekasih Tertingginya, Allah SWT ''turun tangan'' memenuhi jiwa dan raganya. Dikirimlah Malaikat Jibril As. Malaikat spesialis ekspedisi wahyu-wahyu Tuhan ini sebagaimana dikehendaki Allah, lantas mengajak Baginda Rasul untuk melakukan sebuah tamasya menggemparkan yang tak pernah dilakukan oleh manusia mana pun. Bahkan sepanjang sejarah kehidupan ini.
''Mahasuci Allah'' yang ketika raga seperti gemeretak karena sendi-sendinya luruh dan jiwa seperti tercerabut diterbangkan entah ke mana, lalu pada tanggal 27 Rajab satu setengah abad yang lalu, Yang Mahakuasa memperjalankan Baginda Rasul di sepenggal malam menuju Singasana Tertinggi di Sidratil Muntaha. Tamasya ini lalu memunculkan perdebatan panjang bahkan mungkin hingga dunia benar-benar dilipat di akhir zaman.
Bukan memperdebatkan benar tidaknya peristiwa agung tersebut tetapi lebih kepada pertanyaan apakah Baginda Rasul pergi menghadap Allah secara jasmani atau ruhani atau secara kedua-duanya. Satu hal yang pasti, umat Islam mengimani semua prosesi perjalanan Baginda Rasul. Rupanya Allah telah mempersiapkan segala proses perjalanan menakjubkan tesebut bahkan hingga hal-hal yang sangat detail sekalipun.
Maka dimulailah perjalanan ini dengan proses awal pembedahan dada Baginda Rasul yang disucikan dengan air zamzam. Sebuah mata air dengan miliaran kekuatan ruhani. Begitu selesai, maka berangkatlah Baginda Rasul dengan Jibril menunggang Buroq, dari Masjidil Haram di Makkah al-Mukarromah menuju Masjidil Aqsa al-Muqaddas di Palestina. Perjalanan dengan jarak 1.500 kilometer itu hanya ditempuh tak lebih dari satu detik. Bagaimana ini bisa terjadi?
Tentu ini begitu mudah bagi Allah. Karena Jibril yang diciptakan dari cahaya bisa melesat dengan kecepatan supercahaya sedang cahaya memiliki kecepatan tak kurang dari 300 ribu kilometer per-jam. Maka jarak antara kedua masjid agung itu, hanya butuh waktu kurang dari satu detik. Pelengkap lainnya adalah kendaraan Buroq; yang artinya antara lain ''kilat''. Maka dimulailah Isra' dan Mi'raj.
Dialah manusia berbalut cahaya. Kalau baginda Rasul tidak sempat dibedah oleh Jibril, maka tak terbayangkan betapa besar risiko yang akan menimpa. Adakah sebuah kendaraan yang memiliki kecepatan seperti itu? Adakah manusia, dengan segala unsur materi yang ada pada dirinya, mampu bertahan dalam kecepatan semacam ini? Bukankah kalau itu terjadi, maka raganya akan tercerai berai karena terbetot gaya gravitasi bumi?
Dengan pesawat biasa saja, kita merasakan betapa beratnya terbang dengan kecepatan seperti itu. Lalu bagaimana dengan pesawat tempur yang kecepatannya melebihi angka tersebut? Tetapi, inilah sebuah peristiwa agung yang semuanya telah dipersiapkan oleh Allah Yang Mahaagung bagi seorang kekasih-Nya yang agung, Baginda Muhammad. Hanya beliaulah yang dipilih oleh Allah untuk bertandang ke Singgasana Arasy-Nya di Baytul Ma'mur. Untuk apa semua kehendak Allah dengan Isra' dan Mi'raj ini?
Kalau menyimak penggalan ayat Isra' dan Mi'raj dalam Alquran, maka dengan mudah kita akan menemukan sebuah isyarah nyata bahwa Dia tengah berkehendak memperlihatkan kepada Baginda Rasul sebagian dari ''tanda-tanda kekuasaan-Nya yang agung''; ''Linuriyahuu Min Aayaatinaa''. Untuk apa diperlihatkan kepada Baginda Rasul ini semua?
Untuk menghiburnya setelah datangnya mendung ''Aamul Huzni''; tahun kesedihan karena wafatnya Sayyidah Khodijah dan Sayyidina Hamzah. Untuk membesarkan hati baginda Rasul betapa tak terbayangkan kekuasaan Allah. Betapa hanya kepada Dia semua alam secara tulus bisa tunduk, luruh dan menghamba. Betapa hanya kepada Dia semua makhluk bergantung. Betapa kecilnya kita di sebuah planet kecil bernama bumi. Betapa kecilnya bumi di belantara miliaran planet lainnya di tata surya. Betapa kecilnya tata surya kita di bentangan triliunan supercluster alam semesta.
Maka begitu Baginda Rasul berhadap-hadapan dengan Allah, menjadi jelas seberapa agung hubungan antara hamba agung dengan Yang Mahaagung ini. Adakah pihak lain? Jibril pun tak kuasa sampai di sana. Walau ia tercipta dari cahaya. Walau bersamanya wahyu Allah selalu terjaga secara kudus. Walau dia perantara para nabi dengan Tuhannya. Dan seperti dituturkan dalam banyak riwayat, maka Allah SWT mengamanatkan shalat kepada semua umat Islam melalui Baginda Rasul.
Inilah sebuah fasilitas paling formal dalam Islam yang dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya. Inilah sebuah napak tilas yang disajikan oleh Allah kepada manusia agar bisa melakukan dialog dengan Allah sebagaimana dialog Baginda Rasul dengan Kekasihnya dalam peristiwa mi'raj yang agung. Betapa mudahnya hidup berketuhanan dan betapa murahnya ''ongkos'' perjalanan dialog menuju Tuhan.
Dialah shalat, sebuah medium yang dibutuhkan oleh pikiran dan akal manusia, karena ia merupakan pengejawantahan dari hubungannya dengan Tuhan, hubungan yang menggambarkan pengetahuannya tentang tata kerja alam raya ini, yang berjalan di bawah satu kesatuan sistem. Shalat juga menggambarkan tata inteligensia semesta yang total, yang sepenuhnya diawasi dan dikendalikan oleh suatu kekuatan Yang Mahadahsyat. Benar adanya penilaian bahwa semakin mendalam pengetahuan seseorang tentang tata kerja alam raya ini, akan semakin tekun dan khusyu pula ia memnafaatkan waktu-waktu shalatnya.
Shalat adalah kebutuhan jiwa, karena tidak seorang pun dalam perjalanan hidupnya yang tidak pernah mengharap atau tidak pernah merasa cemas. Hingga, pada akhirnya, sadar atau tidak, kita menyampaikan harapan dan keluhan kepada Dia Yang Mahakuasa. Maka sungguh teramat sangat buruk diri ini jika kita menghadapkan diri kita kepada Allah As-Shomad, hanya pada saat kita sebagai anak manusia didesak oleh kebutuhan yang menedera hidup. Wallaahu A'lamu Bishshowaab.

















MENGEMBALIKAN EKSISTENSI UMMAT


MENGEMBALIKAN EKSISTENSI UMMAT

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang
murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu
kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang
bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu'min, yang bersikap
keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah,
dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.
Itulah karunia Allah, diberikan-Nya  kepada siapa yang
dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha
Mengetahui.” (QS. 5/54)


Saat ini, ummat Islam didera berbagai macam permasalahan yang melanda tubuh ummat ini. Permasalahan ini bisa dilihat melalui 2 faktor.

Permasalahan Internal
Secara internal, permasalahan yang melanda ummat islam diantaranya adalah fenomena semakin menjauhnya umat dari Al Quran dan Sunnah. Kita lihat bagaimana orang-orang dengan tenang melakukan perbuatan maksiat. Bahkan tidak sedikit yang melakukan dengan terang-terangan. Kasus-kasus yang terjadi dan menimpa generasi muda, pertengkaran pelajar, pelanggaran kesusilaan, penggunaan obat-obatan yang sebagian besar pelakunya adalah dari kalangan umat Islam, merupakan sedikit contoh realitas yang menunjukkan jauhnya umat Islam dari Al Quran dan Sunnah.

Akibat dari jauhnya manusia dari Al Quran akan menjadikan mereka menjadi orang-orang yang sesat, diberikan kehidupan yang sempit. Orang yang jauh dari Al Quran dan sunah juga akan mengakibatkan dirinya dilalaikan oleh harta dan kemegahan. Budaya materialisme yang terjadi, sehingga setiap orang memandang demikian mulia pada kedudukan dan harta, adalah akibat dari menjauhnya umat dari Al Quran.

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu [1599], sampai kamu masuk ke dalam kubur” (QS. At Takaasur : 1-2)

[1599] Maksudnya: bermegah-megahan dalam soal banyak harta, anak,
pengikut, kemuliaan, dan seumpamanya telah melalaikan kamu dari
ketaatan.

Faktor internal kedua yang membebani umat Islam adalah kecenderungan umat Islam mengalamai Inferiority Complex atau perasaan rendah diri. Rendah diri dalam bidang pendidikan, karena merasa bahwa segala sesuatu yang berbau barat dan eropa adalah hal-hal yang menakjubkan. Termasuk juga dalam penampilan. Orang islam justru ada yang semakin bangga ketika dia menirukan pakaian orang kafir, apalagi dianggap mirip dengan artis terkenal eropa karena pakaiannya, dan lain sebagainya.

Padahal semestinya kita bangga karena kita memiliki kekayaan intelektual dan kekayaan budaya yang tidak pernah tertandingi. Dan sesungguhnya kita juga tidka perlu merasa rendah diri jika kita adalah orang-orang beriman.
“ Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (QS 3/139)

Faktor internal lain yang melanda umat Islam adalah budaya paternalistik yang mengakibatkan takliq buta dalam bebagai hal. Apa yang dikatan seseorang, langsung diterima tanpa dicari referensi maupun mempelajari sumber-sumbernya. Seorang mukmin bahkan diwajibkan menuntut ilmu sepanjang hidupnya adalah untuk menghindarkan dirinya dari perbuatan taklid semata. Allah telah mengingatkan dalam Al Quran :
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah
diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya
mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang
kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang
mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat
petunjuk?".(QS. 2/170)

Dan akibat dari itu semua, maka timbullah dalam umat ini perpecahan. Perbedaan pendapat dalam hal-hal kecil tidak jarang menjadikan umat ini terpecah belah. Berpecah belah adalah sesuatu yang dibenci oleh Allah. Padahal perpecahan hanya akan membuat kita hilang kekuatan dan akibat dari itu semua menajdikan umat ini merasa gentar dengan kekautan musuh.
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
ni'mat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah
berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu
dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk” (QS. 3/103)

Faktor Eksternal
Selain faktor internal yang melanda umat islam, secara sistematis, umat ini juga digerogoti oleh musuh-musuh Islam. Peperangan yang dilakukan baik secara terang-terangan dengan menyerang orang-orang muslin secara fisik seperti yang terjadi di negera-negara Islam di beberapa belahan dunia. Isu terorisme yang dilontarkan untuk memojokkan umat Islam adalah bagian dari proses pelemahan sistemik terhadap umat Islam.

Yang disayangkan adalah ada dari dalam umat Islam sendiri yang menjadi bagian dari propaganda ini, tanpa merasa telah turut dalam pelemahan umat Islam.

Propaganda lain yang dilakukan selain perang fisik adalah melalui perang pemikiran. Ghazwul fikri benar-benar telah merasuk dan merusak umat ini bahkan langsung ke celah-celah nadi umat Islam. Penyebaran budaya-budaya barat yang permisif, materalis dan cenderung hedonis telah menajdikan umat terutama generasi mudanya telah kehilangan jatidirinya. Kaum muda sekarang lebih senang mempersiapkan pesta tahun baru masehi daripada melakuakn perenungan makna tahun baru Hijriyah. Mereka lebih senang merayakan valentine day, dari pada berkasih sayang dengan keluarga dan sanak saudaranya. Bahkan peperangan pemikiran telah masuk ke dalam rumah tangga kita, kamar kita melalui televisi, radio, kaset, vcd dan lain-lainnya.

Lalu bagaimana cara kita mengatasi segala permasalahan ini?
Persoalan-persolan temporer tersebut yang ditambah dengan kekuatan jahiliyah yang tersusun rapi, hanya bisa dihadapi oleh umat yang juga memiliki kekuatan dan tersusun rapi. Bukan hanya jumlah yang banyak namun seperti buih di lautan, melainkan segolongan umat yang memiliki kekokohan iman dan kepribadian yang kuat. Umat yang memiliki ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas.

Untuk itu salah satu jalan adalah melakukan pembinaan generasi muda melalui proses tarbiyah yang kontinyu dan terprogram. Mengobarkan semangat jihad di dalam dada umat Islam untuk sama-sama ambil bagian dalam tindakan penyelamatan umat ini.

Ingatlah janji Allah, seandainya kita tidak ikut ambil bagian, maka Allah akan menggantikan kita dengan generasi yang lebih baik lagi.

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang
murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu
kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang
bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu'min, yang bersikap
keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah,
dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.
Itulah karunia Allah, diberikan-Nya  kepada siapa yang
dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha
Mengetahui.”













Khutbah Kedua

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Paling tidak diperlukan 3 langkah strategis untuk menjawab tantangan dan problematika yang dihadapi umat Islam tersebut.
  1. Ishlahul Qulub (pembersihan hati), yakni dengan cara senantiasa membersihkan hati kita, mengelaurkan kekotoran dan noda-noda kedengkian, syirik, iri dan segala penyakit hati lainnya, mengisi hati dengan aqidah yang bersih.
  2. Tajdidul Mas’uliyah, melakukan pembaharuan tanggungjawab. Peran dan tanggungjawab perbaikan bukan merupakan tugas orang per orang saja, para ulama atau para da’I saja, atau para pemimpin saja. Namun tanggungjawan perbaikan umat ini ada pada kita semua. Pun demikian generasi muda memiliki peran yang siginifikan dalam menjadi pelopor untuk perbaikan umat selaku agen perubahan (anasirut taghyir).
  3. Penerapan Akhlaq karimah dalam kehidupan ketika sehari-hari, saling menghormati dan menghargai, saling menasehati dan bekerja sama dalam segala hal-hal kebaikan.

Kiranya 3 hal ini yang akan kita lakukan mulai detik ini juga, dan hanya kepada Allah kita selalu berserah diri dan berdoa.



Materi Khutbah Jumat – Abu Faiz


  





 - PEMUDA PILIHAN -    
 
Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; (13) - dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran". (14)
(QS Al Kahfi 13-14)

Pemuda dan masa muda merupakan tahapan hidup dan kehidupan manusia yang penuh vitalitas. Aktif, reaktif, kreatif, sekaligus idealis. Ketika penindasan sedang terjadi dalam suatu masyarakat dan bangsa, para pemuda tampil melakukan perlawanan. Ketika kebekuan sedang melanda kehidupan masyarakat, para pemuda muncul melakukan pendobrakan. Ketika terjadi pengerusakan terhadap nilai-nilai kehidupan, para pemuda tampil memberantas nya. Dan ketika kebencian kepada para Nabi, Utusan Allah melanda suatu kaum, para pemuda tampil menjadi pembela yang gigih, sekaligus menjadi pengikut-pengikut setia para Nabi.
 Itulah beberapa karakter kehidupan pemuda yang terukir indah kalam khasanah sejarah umat manusia. Pemuda-pemuda pilihan yang namanya telah diabadikan alam pentas kehidupan manusia sejak dahulu kala
1. Pembela Kebenaran
Dalam catatan secara di dunia, terungkap dengan jelas tatkala Nabi Musa mengajak kaumnya untuk menyembah Allah swt, maka hanya para pemuda sajalah yang mau mengikutinya. Sedang lapisan masyarakat lainnya menolak tegas. Mereka takut pada ancaman dan siksaan penguasa. Allah swt, telah memberitahukan sikap positif para pemuda itu dalam Al-Quran surat Yunus 83, sbb:
Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahwa Fir`aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir`aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas. (QS. Yunus 83)
Hal serupa terjadi pada tahun-tahun permulaan Rasulullah menyampaikan Risalah Islamiyah kepada ummat manusia, para pemuda lah yang lebih dulu menyambutnya dengan sepenuh hati. Mereka adalah Umar bin Khattab, Sa’ad bin Abi Waqash, Mu’adz bin Jabal, Abdullah bin Mash’ud, Thalhah bin Ubaidillah, Zubail bin Awwam, Ali bin Abi Thalib, dan lain-lain yang umurnya kala itu rata-rata belum 20 tahun.
Sedangkan Abu Bakar Ash-Shiddiq yang namanya menjadi buah bibir orang di masa itu, dan yang telah mengantarkan para pemuda itu memeluk Islam, usianya belum sampai 40 tahun.
2. Penghancur Kebatilan
Sebaliknya, para pemuda juga menjadi orang-orang pertama penghancur kebatilan. Ketika Raja Namrud memerintah secara kejam dan masyarakat menyembah patung-patung, maka pemuda Ibrahim tampil secara heroik menentang kekuasaan raja dan menghancurkan patung-patung sesembahan  mereka.. Mereka berkata: “Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala, namanya Ibrahim”.  (QS. Al-Anbiya 40)
Kemudian dalam kurun waktu yang berbeda, ketika kebatilan teramat kuat merasuki kehidupan masyarakat, suku dan bangsa lantaran dukungan penuh dari kalangan militer, birokrat, dan penguasa, para pemuda pilihan maju pantang mundur. Bahkan mereka menolak tawaran perdamaian dari para penguasa. Mereka menolak kompromi antara kebatilan dan kebenaran. Bagi mereka, antara keduanya tidak bisa disatukan. Bentuk dan sifat keduanya (kebatilan dan kebenaran) berbeda secara diametral. Jika tetap dipaksa mereka lebih suka memilih berlepas diri, dari pada hidup bersama kebatilan. Itulah sikap para pemuda Ashabul Kahfi, yang perjalanan hidupnya diabadikan secara indah dalam Al-Quran.
Mereka mengembara untuk menghindarkan diri dari kebatilan, sampai suatu gua mereka masuk dan beristirahat dengan tenang. Padahal di luar, penguasa terus memburuknya. Di dalam gua itu, mereka tidur pulas berhari-hari lamanya, bahkan bertahun-tahun dan berabad-abad, tanpa haus, lapar, maupun lelah. Mereka tidur panjang, melampaui zamannya, selama309 tahun (lihat QS Al-Kahfi 25). Sungguh ajaib!
Meski demikian, sewaktu Allah membangunkan mereka, mereka merasa seperti baru tidur sebentar saja, sebab semua yang ada di sekitarnya termasuk pakaian yang melekat di badannya masih utuh, tak kurang sedikit pun juga. Bahkan anjing yang setia menyertainya, tertidur juga. Dan ketika bangun anjing itu tetap menyalak, sehat tak kurang suatu apapun.
Itulah pertolongan Allah yang diberikan kepada para pemuda yang gigih melawan kebatilan. Mereka diberi petunjuk dan kekuatan oleh Allah sehingga memperoleh kejayaan (lihat QS Al-Kahfi 13-14)
3. Menjaga Kehormatan Dirinya
Pemuda yang namanya terukir indah, dan akan tetap dikenang sepanjang masa, adalah seorang pemuda yang berhasil memanfaatkan masa mudanya dengan sebaik-baiknya. Ia bukan hanya menjadi pembela bagi orang yang tertindas, dan tampil ke gelanggang menghancurkan segala bentuk kebatilan dan kemungkaran, namun juga memiliki kepribadian yang utuh dan kuat, tidak bersifat munafiq, dan tidak tergoda oleh segala bujuk rayu syaitan.
Itulah watak pemuda pilihan seperti Nabi Yusuf as, yang namanya menjadi perlambang ketampanan, kegagahan dan kebagusan di seantero jagad. Meskipun ia menjadi incaran bagi para gadis dan wanita cantik, dan berulang kali dibujuk dan dipaksa untuk berbuat maksiat serta memiliki banyak kesempatan, namun ia tetap menolak melakukan zina. Ia lebih rela dijebloskan ke penjara, karena tidak mau melayani nafsu seorang istri pejabat tinggi yang cantik, muda, kaya, dan terhormat, daripada harus melanggar aturan Allah. Dengan jujur Yusuf as berkata:
Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh." (QS. Yusuf 33)
4. Berilmu dan Berwawasan Luas
Pemuda pilihan juga pemuda yang memiliki ilmu dan wawasan yang luas, seperti yang diperlihatkan oleh Ali bin Abi Thalib.
Sejak masih kanak-kanak ia memang tekun menuntut ilmu dan membaca berbagai fenomena masyarakat. Ketika tumbuh menjadi pemuda, ilmu dan wawasan nya bertambah banyak, melebihi orang-orang yang seusianya. Beberapa Sahabat Senior tidak jarang menanyakan sesuatu masalah kepadanya, dan dijawab dengan tuntas. Ia menjadi gudang ilmu, sepeninggal Rasulullah saw. Dan dengan bijaksana ia berkata, “Tiap wadah (tempat) menjadi sempit dengan barang yang dimasukkan ke dalamnya, kecuali tempat ilmu, maka ia akan bertambah luas.” (dikutip dalam kitab Abqariyyatul al Imam Ali yang ditulis oleh Abbas Mahmoud al Aqqad).
Pernyataan itu benar. Ketika berbagai persoalan yang juga mengantar terjadinya berbagai kemelut di masyarakat dan pemerintahan, ia mampu menghadapinya dengan memberikan berbagai pandangan yang luas.
Pemuda pilihan memang harus memiliki ilmu dan wawasan yang luas. Terlebih pada zaman sekarang ini dimana ilmu manusia sudah sangat maju.
5. Berakhlaq Mulia
Pemuda pilihan selain memiliki sikap-sikap positif di atas, juga harus berakhlaq mulia seperti yang terlihat pada diri Muhammad saw, jauh sebelum beliau diangkat menjadi Nabi Utusan Allah. Begitu rupa keindahan akhlaq nya, sampai orang-orang menyebutnya “Al-Amin”, artinya orang yang dapat dipercaya (jujur).
Syaih Shafiyyur Rahman Al Muarakfury, seorang penulis sejarah Nabi, dalam kitabnya yang berjudul “Ar-Rahiqul Makhtum, Bahtsun fis-Sirah an-Babawiyah ‘ala Shahibu Afdalish-Shalati Wassalam”, menulis sbb:
Nabi saw menonjol di tengah kaumnya karena perkataannya yang lemah lembut, akhlaqnya yang utama, sifat-sifatnya yang mulia. Beliau adalah orang yang paling utama kepribadiannya, paling bagus akhlaqnya, paling terhormat dalam pergaulannya dengan para tetangga, paling lemah lembut, paling jujur perkataannya, paling terjaga jiwanya, paling terpuji kebaikannya, paling baik amalnya, paling banyak memenuhi janji, paling bisa dipercaya sehingga orang-orang menjulukinya “Al-Amin”, karena beliau menghimpun semua keadaan yang baik dan sifat-sifat yang diridhai Allah dan manusia.
Wal hasil, beliau adalah ushwah hasanah, contoh teladan yang baik sejak dari kanak-kanak sampai akhir hayatnya.
Keluhuran akhlaq sangat diperlukan bagi pemuda, sebab mereka akan menjadi tumpuan hidup bagi keluarganya, masyarakatnya, bangsa, dan negaranya, serta umat manusia pada umumnya. Di bagian lain, keluhuran akhlaq diperlukan bagi pemuda lantaran jasad mereka sedang mengalami proses pertumbuhan . Jika dalam proses pertumbuhan itu mereka diisi dengan akhlaq yang baik, maka akan menghantarkan jiwa mereka menjadi baik. Hidupnya menjadi bermakna, hati, pikiran, dan perasaannya bersih, penuh kasih sayang, tidak sombong, selalu berbuat baik kepada orang tua, konsisten kepada kebenaran dan selalu bertaqwa kepada Allah.
Itulah pemuda yang diisyaratkan oleh Allah, dalam Kitab-Nya Al-Quranul Karim, akan mendapat kesejahteraan pada Hari Kebangkitan nanti.
Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali. (QS. Maryam 15)
Wallahu ‘alam bishowab.

Khutbah Kedua :







Di masa Rasulullah, terdapat puluhan ribu pemuda-pemudi lain yang terlibat aktif dalam dakwah menegakkan panji-panji Islam Al-Rayah di masa hidup Rasullullah. Umumnya, mereka adalah pemuda-pemudi, bahkan remaja yang baru meningkat dewasa. Dan tidak sedikit diantara mereka telah berperanan penting di usia mudanya. Usamah bin Zaid, ketika berusia 18 tahun, diangkat Nabi sebagai komandar pasukan Islam ketika menyerbu Syam. Padahal diantara pasukan Islam masih terdapat sahabat-sahabat seperti Abu Bakar, Umar al- Khatab yang lebih tua darinya. begitu juga Abdullah bin Umar. Jiwa perjuangan Islam telah menguasainya sejak umur 13 tahun. suatu ketika Rasulullah ketika menyiapkan pasukan untuk perang Badar, datang kepada Rasulullah dua remaja Islam, Abdullah ibnu Umar dan Al-Baraq meminta agar diterima sebagai anggota pasukan Islam tetapi Rasulullah menolak kerana mereka masih kanak-kanak. Tahun berikutnya, menjelang perang Uhud, mereka datang sekali lagi kepada Rasulullah untuk tujuan yang sama. Hanya Al-Baraq yang diterima. pada perang Ahzab barulah Ibnu Umar diterima sebagai anggota pasukan Islam (Shahih Bukhari).
Banyak juga dikalangan pemudi yang menjadi teras dalam perjuangan di peringkat awal dakwah Rasulullah SAW seperti Siti Khadijah binti Khuwailid, Siti Aisyah binti Abu Bakar - isteri Nabi Muhammad SAW, Fatimah - adik kepada Umar al - Khattab, Sumaiyah binti Khayyat, dan ramai lagi.
 Pemuda-pemudi gagah berani, yang hidupnya semata-mata hanya bagi kejayaan dan kemuliaan Islam dan pemuda-pemudi seperti itulah yang sanggup memikul beban da'wah dan bersedia berkorban menghadapi berbagai ujian dan siksaan dengan penuh kesabaran. Mereka mendapat kebaikan, keampunan dari Allah dan syurga yang tak terkira nikmatnya. Mereka itulah yang disebut sebagai orang-orang muflih (beruntung).
Dulu, (Imam) Syafii telah hafal Al Quran pada usia sekitar 9 tahun dan mulai diminta ijtihadnya pada usia kira-kira 13 tahun., sebelum akhirnya ia menjadi mujtahid, imam madzhab yang terkemuka. Hassan Al Banna mendirikan gerakan Ikhwanul Muslimin pada usia 23 tahun. Usamah bin Zaid pada usia 18 tahun telah memimpin pasukan perang Ali bin Abi Thalib dan Zubair bin Awwam pada usia 8 tahun telah terlibat dalam perjuangan. Kini, apakah yang sedang dilakukan dan dipikirkan oleh remaja berusia 8 hingga 18 tahun dan pemuda-pemudi berusia 23 tahunan ?Remaja dan pemuda-pemudi sekarang lebih banyak aktif untuk memuaskan nafsu remaja semata-mata. Lihatlah cara berpakaian mereka, cara bergaul, kreativiti dan sejenisnya. Gambaran remaja dan pemuda-pemudi yang tampil di berbagai media, tak ada bezanya antara mereka (yang mengaku Muslim) dengan artis-artis yang jelas menyebarkan kekufuran dan kesesatannya, realiti inilah yang terpampang di depan mata dan telinga kita.
Jelas, dan sangatlah jelas, perlunya kebangkitan umat, khususnya dari kaum mudanya, bila kita semua menginginkan kejayaan Islam kembali. Diperlukan pemuda-pemudi Islam sekualitas para sahabat yang memiliki komitmen tauhid yang lurus, keberanian menegakkkan kebenaran dan keadilan. Ya Ayyuhasy syabab, antumur ruhul jadid fii jasaadil ummat.