BAB I
Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Masalah
Dilihat dari segi pendidikan, keluarga merupakan satu kesatuan
hidup (sistem nasional), dan keluarga menyediakan situasi belajar. Sebagai satu
kesatuan hidup bersama (sistem sosial), keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan
anak. Ikatan kekeluargaan membantu anak mengembangkan sifat persahabatan, cinta
kasih, hubungan antarpribadi, kerja sama, disiplin, tingkah laku yang baik,
serta pengakuan akan kewibawaan.[1]
Namun disayangkan kurangnya komunikasi terhadap orang tua siswa
dengan guru yang mengajar dan sekolah dimana tempat anaknya dititipkan untuk
menuntut ilmu pendidikan. Dengan kurangnya komunikasi pada ke tiga elemen ini
membuat ketidak seimbangan informasi terhadap anak didiknya baik pada saat
berada di sekolah maupun dirumah.
Agar bisa memajukan pendidikan perlu adanya komunikasi antara
sekolah dan orang tua murid agar bisa menyesuaikan cara belajar yang baik untuk
meningkatkan motivasi anak untuk belajar lebih rajin. Jika komunikasi ini
berjalan dengan baik tentu bisa meningkatkan kecerdasan anak yang diinginkan
baik dari orang tua dan sekolah.
B.
Rumusan Masalah
- Seberapa besar Peranan Keluarga dan Masyarakat dalam Pendidikan ?
- Seberapa besar Peranan Keluarga dan Masyarakat dalam Pendidikan ?
BAB
II
Pembahasan
A.
Peran Keluarga
Dilihat dari segi pendidikan, keluarga merupakan satu kesatuan
hidup (sistem nasional), dan keluarga menyediakan situasi belajar. Sebagai satu
kesatuan hidup bersama (sistem sosial), keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan
anak. Ikatan kekeluargaan membantu anak mengembangkan sifat persahabatan, cinta
kasih, hubungan antarpribadi, kerja sama, disiplin, tingkah laku yang baik,
serta pengakuan akan kewibawaan.
Sementara itu, yang berkenaan dengan keluarga menyediakan situasi belajar,
dapat dilihat bahwa bayi dan anak sangat bergantung kepada orang tua, baik
karena keadaan janiahnya maupun kemampuan intelektual, sosisal, dan moral. Bayi
dan anak belajar menerima dan meniru apa yang diajarkan oleh orang tua.
Sumbangan keluarga bagi pendidikan anak-anak adalah sebagai
berikut:[2]
1.
Cara orang tua
melatih anak untuk menguasai cara-cara mengurus diri, seperti cara makan, buang
air, berbicara, berjalan, berdoa, sungguh-sungguh membekas dalam diri anak
karena berkaitan erat dengan perkembangan dirinya sebagai peribadi.
2.
Sikap orang tua
sangat mempengaruhi perkembangan anak. Sikap menerima atau menolak, sikap kasih
saying atau acuh tak acuh, sikap sabar atau tergesa-gesa, sikap melindungi atau
membiarkan secara langsung mempengaruhi reaksi emosional anak.
Sangat wajar dan logis jika tanggung jawab pendidikan terletak di tangan kedua orang tua dan tidak bisa
dipikulkan kepada orang lain karena ia adalah darah dagingnya, kecuali berbagai
keterbatasan orang tua ini. Maka sebagian tanggung jawab pendidikan dapat
dilimpahkan kepada orang lain yaitu sekolah.
Tanggung jawab pendidikan yang perlu disandarkan dan dibina oleh
kedua orang tua terhadap anak antara lain:
1.
Memelihara dan
membesarkannya, tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan
karena si anak memerlukan makan, minum, dan perawatan agar ia dapat hidup
secara berkelanjutan;
2.
Melindungi dan
menjamin kesehatannya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai
gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan dirinya;
3.
Mendidiknya
dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi
kehidupannya kelak sehingga bila ia telah dewasa mampu berdiri sendiri dan
membantu orang lain;
4.
Membahagiakan
anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya pendidikan agama sesuai dengan
ketentuan Allah Swt, sebagai tujuan akhir hidup muslim.[3]
Adanya kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak
secara kontinu perlu dikembangkan kepada setiap orang tua sehingga pendidikan
yang dilakukan tidak berdasarkan kebiasaan yang dilihat dari orang tua, tetapi telah
didasari oleh teori-teori pendidikan modern, sesuai dengan perkembangan zaman
yang cenderung selalu berubah.
Tugas utama keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak
dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat
anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga
yang lain.
B.
Kerja Sama
antara Keluarga dengan Sekolah
Di dalam UU Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal
10 ayat (4) dinyatakan bahwa: pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur
pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan
keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan. Sementara itu,
dalam GBHN 1993 dinyatakan:
“Pendidikan nasional dikembangkan secara terpadu dan serasi baik
antarberbagai jalur, jenis, dan jenjang pendidikan, maupun antara sektor
pembangunan lainnya serta antardaerah. Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan
seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan nasional”.[4]
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat, dan pemerintah. Sekolah hanyalah pembantu kelanjutan pendidikan
dalam keluarga sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak adalah
dalam keluarga. Peralihan bentuk pendidikan jalur luar sekolah ke jalur
pendidikan sekolah (formal) memerlukan “kerja sama” anatara orang tua dan
sekolah (pendidik).
Sikap anak terhadap sekolah terutama akan dipengaruhi oleh sikap
orang tuanya. Begitu juga sangat diperlukan kepercayaan orang tua terhadap
sekolah (pendidik) yang menggantikan tugasnya selama di ruangan sekolah. Hal
ini sangat penting untuk diperhatikan, mengingat akhir-akhir ini sering terjadi
tindakan-tindakan kurang terpuji dilakukan anak didik, sementara orang tua
seolah tidak mau tahu, bahkan cenderung menimpakan kesalahan kepada sekolah.
Orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya, yaitu dengan
memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai segala usahanya. Begitu
juga orang tua harus menunjukkan kerjasamanya dalam mengarahkan cara anak
belajar di rumah, membuat pekerjaan rumahnya, tidak disita waktu anak dengan
mengerjakan pekerjaan rumah tangga, orang tua harus berusaha memotivasi dan
membimbing anak dalam belajar.
Berdasarkan hasil riset bahwa pekerjaan guru (pendidik) di sekolah
akan lebih efektif apabila dia mengetahui latar belakang dan pengalaman anak
didik di rumah tangganya. Anak didik yang kurang maju dalam pelajaran berkat
kerja sama orang tua anak didik dengan pendidik, banyak kekurangan anak didik
yang dapat diatasi. Lambat laun juga orang tua menyadari bahwa pendidikan atau
keadaan lingkungan rumah tangga dapat membantu atau menghalangi kesukaran anak
di sekolah.
Apa-apa yang dibawa anak didik dari keluarganya, tidak mudah
mengubahnya. Kenyataan ini harus benar-benar disadari dan diketahui oleh
pendidik.
Pada dasarnya cukup banyak cara yang dapat ditempuh untuk menjalin
kerja sama antara keluarga dengan sekolah. Berikut ini beberapa contohnya.
1.
Adanya
Kunjungan ke Rumah Anak Didik
Pelaksanaan
kunjungan ke rumah anak didik ini berdampak sangat positif, di antaranya:
a.
Kunjungan
melahirkan persaan pada anak didik bahwa sekolahnya selalu memerhatikan dan
mengawasinya.
b.
Kunjungan
tersebut member kesempatan kepada si pendidik melihat sendiri dan mengobservasi
langsung cara anak didik belajar, latar belakang hidupnya, dan tentang
masalh-masalah yang dihadapinya dalam keluarga.
c.
Pendidik
berkesempatan untuk memberikan penerangan kepada orang tua anak didik tentang
pendidikan yang baik, cara-cara menghadapi maslah-masalh yang sedang dialami
anaknya (kalau anaknya bermasalah), dan sebagainya.
d.
Hubungan
anatara orang tua dengan sekolah akan bertambah erat.
e.
Kunjungan dapat
memberikan motivasi kepada orang tua anak didik untuk lebih terbuka dan dapat
bekerja sama dalam upaya memajukan pendidikan anaknya.
f.
Pendidik
mempunyai kesempatan untuk mengadakan interview mengenai berbagai macam keadaan
atau kejadian tentang sesuatu yang ingin
ia ketahui.
g.
Terjadinya komunikasi
dan saling memberikan informasi tentang keadaan anak serta saling member
petunjuk anatara guru dengan orang tua.
2.
Diundangnya
Orang Tua ke Sekolah
Kalau ada berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah yang
memungkinkan untuk dihadiri oelh orang tua, maka akan positif sekali artinya
bila orang tua diundang untuk datang ke sekolah. Kegiatan-kegiatan dimaksud
umpamanya class meeting yang berisi perlombaan-perlombaan yang
mendemonstrasikan kebolehan anak dalam berbagai bidang, pameran hasil kerajinan
tangan anak, pemutaran film pendidikan, dan sebagainya.
3.
Case Conference
Case Conference merupakan
rapat atau konferensi tentang kasus. Biasanya digunakan dalam bimbingan
konseling. Peserta konferensi ialah orang yang betul-betul mau ikut membicarakan
masalah anak didik secaraa terbuka dan sukarela, seperti orang tua anak didik,
guru-guru, petugas bimbingan yang lain, dan para ahli yang ada sangkut pautnya
dengan bimbingan seperti social worker dan sebagainya. Konferensi biasanya
dipimpin oleh orang yang paling mengetahui persoalan bimbingan konseling,
khususnya tentang kasus dimaksud.
Semua data dari “commulative record” anak didik dipergunakan, kalau
memungkinkan didemonstrasikan. Materi dari pembicaraan di dalam konferensi
bersifat confidential (di jaga kerahasiannya), sesuai dengan sifat
kerahasiaan peruses bimbingan konseling.
Konferensi tersebut bertujuan mencari jalan yang paling tepat agar
masalah anak didik dapat diatasi dengan baik. Biasanya hasil konferensi akan
lebih baik karena data dikumpulkan oleh beberapa orang, serta interpretasi,
analisis dan penentuan diagnosis suatu masalah dilakukan dengan sistem musyawarah
mufakat.
4.
Badan Pembantu
Sekolah
Badan pembantu sekolah ialah organisasi orang tua murid atau wali
murid dan guru. Organisasi dimaksud merupakan kerja sama yang paling
terorganisasi anatara sekolah atau guru dengan orang tua murid.
Sampai sekarang, organisasi ini telah beberapa kali mengalami
perubahan nama karena disesuaikan dengan perkembangan situasi pendidikan dan
masyarakat pada mulanya organisasi ini bernama Perkembangan Orang Tua Murid dan
Guru (POMG), kemudian berusaha menjadi Persatuan Orang Tua Murid (POM), Badan
Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3), dan sekarang dikenal dengan istilah
Komite Sekolah.
5.
Mengadakan Surat
Menyurat anatara Sekolah dan Keluarga
Surat-menyurat ini diperlukan terutama pada waktu-waktu yang sangat
diperlukan bagi perbaikan pendidikan anak didik, seperti surat peringatan dari
guru kepada orang tua jika anaknya perlu lebih giat, sering membolos, sering
berbuat keributan, dan sebagainya.
Surat-menyurat ini juga sebenarnya sangat baik bila dilakukan oleh
orang tua kepada guru atau langsung kepala sekolah / madrasah untuk memantau
keadaan anak didiknya di sekolah.
6.
Adanya Daftar
Nilai atau Raport
Raport biasanya diberikan setiap catur wulan kepada murid ini dapat
dipakai sebagai penghubung antara sekolah dengan orang tua. Sekolah dapat
member surat peringatan atau meminta bantuan orang tua bila hasil raport
anaknya kurang baik, atau sebaliknya jika anaknya mempunyai keistimewaan dalam
suatu mata pelajaran, agar dapat lebih giat mengembangkan bakatnya atau minimal
mampu mempertahankan apa yang sudah dapat diraihnya.
C.
Hubungan
Masyarakat dengan Sekolah
Masyarakat yang disamakan dengan istilah community atau society,
diartikan sebagai: “A community is a group or a collection of groups that in
habits a locality”.[5]
Menurut pengertian ini masyarakat adalah satu kelompok atau sekumpulan yang
mendiami suatu daerah.
Sementra itu, Prof. Robert W. Richey memberikan batasan tentang
masyarakat sebagai berikut:
“The tern community refers to a group of people living together
in a region where common ways of thinking and acting make the in habitans
somewhat aware of them selves as a group”.[6]
Istilah masyarakat dapat diartikan sebagai suatu kelompok manusia
yang hidup bersama di suatu wilayah dengan tata cara berpikir dan bertindak
yang (relatif) sama yang membuat warga masyarakat itu menyadari diri mereka
sebagai satu kesatuan (kelompok).
Demikian pengertian tentang masayarakat yang diberikan para ahli.
Meskipun masih banyak pengertian yang lain, tetapi pada dasarnya tidak terlalu
banyak berbeda. Yang jelas masyarakat adalah suatu perwujudan kehidupan bersama
manusia, di mana di dalam masyarakat berlangsung peruses kehidupan sosial,
proses anatarhubungan, dan antaraksi.
Secara kualitatif dan kuantitatif anggota masyarakat, terdiri dari
berbagai ragam pendidikan, profesi, keahlian, suku bangsa, kebudayaan, agama,
lapisan sosial sehingga menjadi masyarakat yang majemuk.
Dilihat dari konsep pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan banyak
orang dengan berbagai ragam kualitas diri mulai dari yang tidak berpendidikan
sampai yang berpendidikan tinggi. Sementara itu, dilihat dari lingkungan
pendidikan, masyarakat disebut lingkungan pendidikan nonformal yang memberikan
pendidikan secara sengaja dan berencana kepada seluruh anggotanya, tetapi tidak
sistematis.
Antara masyarakat dengan pendidikan punya keterkaitan dan saling
berperan. Apalagi pada zaman sekarang ini, setiap orang selalu menyadari akan
peranan dan nilai pendidikan. Oleh karena itu, setiap warga masyarakat bercita-cita
dan aktif berpatisifasi untuk membina pendidikan.
Mohammad Noor Syam, dalam bukunya Filsafat Pendidikan dan Dasar
Filasafat Pancasila, mengemukakan bahwa hubungan masyarakat dengan
pendidikan sangat bersifat korelatif, bahkan seperti telur dengan ayam.
Masyarakat maju karena pendidikan dan pendidikan yang maju hanya akan ditemukan
dalam masyarakat yang maju pula.[7]
Sementara itu, Sanafiah Faisal mengemukakan bahwa hubungan
antarsekolah (pendidikan) dengan masyarakat paling tidak, bisa dilihat dari dua
segi berikut.[8]
1.
Sekolah sebagai
patner masyarakat di dalam melaksanakan fungsi pendidikan. Dalam konteks ini,
berarti keduanya, yaitu sekolah dan masyarakat dilihat sebagai pusat-pusat
pendidikan yang potensial dan mempunyai hubungan yang fungsioanal.
a.
Fungsi
pendidikan di sekolah sedikit banyak dipengaruhi pula oleh corak pengalaman
seseorang di lingkungan masyarakat.
Pengalaman pada berbagai macam kelompok pergaulan di dalam
masyarakat, jenis bacaan, tontonan, serta aktivitas-aktivitas lainnya di tengah
masyarakat kesemuanya membawa pengaruh terhadap fungsi pendidikan yang
dimainkan oleh sekolah terhadaf diri seseorang. Kondusif tidaknya dan positif
tidaknya pengalaman seseorang di lingkungan masyarakat tidak dapat dielakan
pengaruhnya terhadap keberhasilan fungsi pendidikan di sekolah.
Karena hal itulah, maka sekolah juga berkepentingan dengan
perubahan lingkungan seseorang di tengah-tengah masyarakatnya, antaralain bisa
dilakukan dengan melalui fungsi layanan konseling, penciptaan forum komunikasi
antara organisasi sekolah dengan organisasi serta lembaga-lembaga lainya di
masyarakat. Sebaliknya partisipasi secara sadar dari seseorang untuk senantiasa
belajar dari lingkungan masayarakat, sedikit banyak juga ditentukan oleh
tugas-tugas belajar serta pengarahan belajar yang dilancarkan di sekolah.
b.
Fungsi
pendidikan di sekolah akan dipengaruhi oleh sedikit banyaknya serta fungsional
tidaknya pendayagunaan sumber-sumber belajar di masyarakat.
Kekayaan sumber-sumber belajar di tengah masyarakat seperti adanya
perpustakaan umum, adanya museum, adanya kebun binatang, adanya peredaran Koran
dan majalah serta sumber-sumber belajar lainnya, disamping berfungsi sebagai
medium pendidikan bagi masyarakat luas, sumber-sumber tersebut juga bisa dan
berfungsi pula untuk didayagunakan bagi fungsi pendidikan sistem persekolahan.
Pendayagunaan sumber-sumber belajar di masyarakat bagi kepentingan
fungsi pendidikan di sekolah, peningkatannya bisa dilakukan dengan jalan
penentuan strategi belajar mengajar yang mengaktifkan keterlibatan mental siswa
didalm mengkaji sumber-sumber belajar di lingkungannya. Sebaliknya,
gerakan-gerakan pendidikan yang diorganisasi di tengah-tengah masyarakat
(pendidikan luar sekolah), penunaian fungsi dari pendidikan di masyarakat itu
juga bisa dan fungsional jika mendayagunakan sumber-sumber sekolah yang berupa
guru, gedung, serta perlengkapan lainnya.
2.
Sekolah sebagai
prosedur yang melayani pesan-pesan pendidikan dari masyarakat lingkungannya.
Berdasarkan hal ini, berarti antara masyrakat dengan sekolah memiliki
ikatan hubungan rasional berdasarkan kepentingan di kedua belah pihak.
Berkenaan dengan suddut pandang tersebut, berikut ini dideskripsikan tentang
hubungan rasional dimaksud.
a.
Sebagai lembaga
layanan terhadap kebutuhan pendidikan masyarakatnya, sekolah sudah tentu
membawa konsekuensi-konsekuensi konseptual dan teknis sehingga berkesesuaian
antara fungsi pendidikan yang dimainkan oleh sekolah dengan apa-apa yang
dibutuhkan masyarakatnya. Dalam hal ini pengertian masyarakat termasuk
didalamnya komponen-komponen lainnya di masyrakat.
Tujuan pendidikan, baik ditingkat tujuan institusioanal, tujuan
kurikuler, maupun di tingkat tujuan instuksional (TIU dan TIK), semuanya harus
disesuaikan secara rasional dengan persyaratan-persyaratan kemampuan dan
keperibadian yang secara ideal maupun praktis diciptakan atau dibutuhkan oleh
masyarakat bersangkutan. Untuk itu, diperlukan adanya mekanisme informasi
timbal balik yang rasional, objektif dan realistis antara sekolah sebagai
prosedur pendidikan dengan masyarakat yang mengonsumsi out put pendidikan
sangatlah diperlukan.
b.
Akurasi sasaran
atau target pendidikan yang ditangani oleh lembaga atau organisasi
persekolahan, akan ditentukan pula oleh kejelasan formulasi kontrak antara
sekolah (selaku pelayan) dengan masyarakat selaku pemesan.
Rumusan-rumusan umum tentang kebutuhan dan cita-cita pendidikan
yang diinginkan masyarakat, sudah tentu memerlukan operasionalisasi dan
spesifikasi sehingga memungkinkan pengukuran terhadap terpenuhi tidaknya fungsi
layanan sekolah sebagaimana yang dibebankan oleh masyarakat. Dalam hal inilah
diperlukan pendekatan komprehensif di dalam pengembangan program dan kurikulum
untuk masing-masing jenis dan jenjang persekolahan yang diperlukan.
c.
Penunaian
fungsi sekolah sebagai pihak yang dikontrak untuk melayani pesanan-pesanan
pendidikan oleh masyarakatnya, sedikit banyak akan dipengaruhi ikatan-ikatan
objektif di antara keduanya. Ikatan objektif dimaksud bisa berupa perhatian,
penghargaan, dan topangan-topangan tertentu seperti dana, fasilitas, dan
jaminan-jaminan objektif lainnya yang memberikan makna penting terhadap
eksistensi dan produk persekolahan. Hubungan antara sekolah dengan masyrakat
yang mengkontraknya, kalau tidak disertai dengan jaminan dan ikatanikatan
objektif sebagaimana layaknya terjadi antara pihak pengontrak dengan pihak yang
dikontrak, maka sedikit banyak akan berpengaruh pada penunaian fungsi lembaga
persekolahan. Dengan demikian, maka penggarapan pada tingkat sistem yang
berfungsi melembagakan kewajiban dan tanggung jawab masyarakat terhadap
keberadaan serta produk atau out put persekolahan dengan sendirinya
menjadi sangat penting dan diperlukan.
D.
Peran
Masyarakat terhadap Pendidikan
Sebagaimana yang dikemukakan terdahulu, bahwa masyarakat merupakan
lembaga ketiga sebagai lembaga pendidikan, dalam konteks penyelenggaraan
pendidikan itu sendiri besar sekali perannya. Bagaimanapun kemajuan dan
keberadaan suatu lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh peran serta
masyarakat yang ada. Tanpa dukungan dan partisipasi masyarakat, jangan
diharapkan pendidikan dapat berkembang dan tumbuh sebagaimana yang diharapkan.
Oleh karena itu, sebagai salah satu lingkungan terjadinya kegiatan
pendidikan, masyarakat mempunyai pengaruh sangat besar terhadap belangsungnya
segala aktivitas yang menyangkut masalah pendidiakan. Apalagi bila dilihat dari
materi yang digarap, jelas kegiatan pendidikan baik yang termasuk jalur
pendidikan sekolah maupun yang jalur pendidikan luar sekolah, berisikan
generasi muda yang akan meneruskan kehidupan masyarakat itu sendiri. Untuk iu
bahan apa yang akan diberikan kepada anak didik sebagai generasi tadi harus
disesuaikan dengan keadaan dan tuntunan masyarakat dimana kegiatan pendidikan
berlangsung.
Berikut ini adalah beberapa peran dari masyarakat terhadap pendidikan
(sekolah).
1.
Masyarakat
berperan serta dalam mendirikan dan membiayai sekolah.
2.
Masyarakat
berperan dalam mengawasi pendidikan agar sekolah tetap membantu dan mendukung
cita-cita dan kebutuhan masyarakat.
3.
Masyarakatlah
yang ikut menyediakan tempat pendidikan seperti gedung-gedung museum,
perpustakaan, panggung-panggung kesenian, kebun binatang, dan sebagainya.
4.
Masyarakat yang
menyediakan berbagai sumber untuk sekolah. Mereka dapat diundang ke sekolah
untuk memberikan ketrangan-keterangan mengenai suatu masalah yang sedang
dipelajari anak didik. Orang-orang yang mempunyai keahlian khusus banyak sekali
terdapat di masyarakat, seperti petani, peternak, saudagar, polisi, dokter, dan
sebagainya.
5.
Masyrakatlah
sebagai sumber pelajaran atau laboratorium tempat belajae.
Dengan demikian, jelas sekali bahwa peran masyarakat sangatlah
besar terhadap pendidikan sekolah. Untuk itu, sekolah perlu memanfaatkannya
sebaik-baiknya, paling tidak bahwa pendidikan harus dapat mempergunakan
sumber-sumber pengetahuan yang ada di masyarakat dengan alasan sebagai berikut.
1.
Dengan melihat
apa yang terjadi di masyarakat, anak didik akan mendapatkan pengalaman langsung
(first hand experience) sehingga mereka dapat memiliki pengalaman yang
konkret dan mudah diingat.
2.
Pendidikan
membina anak-anak yang bersal dari masyarakat, dan akan kembali ke masyarakat.
3.
Di masyarakat
banyak sumber pengetahuan yang memungkinkan guru sendiri dalam mengetahuinya.
4.
Kenyataan
menunjukkan bahwa masyarakat membutuhkan orang-orang yang terdidik dan anak
didik pun membuthkan masyarakat.[9]
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Besarnya
pengaruh peranan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan untuk memajukan pendidikan terlebih lagi
apabila terjalinnya komunikasi yang baik antara keluarga, sekolah, dan
masyarakat untuk membentuk anak didik yang berpendidikan baik dari sikap,
perilaku, dan agamanya. Ketiga hubungan ini menjadikannya sebagai sumber
pelajaran yang baik bagi perkembangan pendidikan yang terus berkembang.
Daftar
Pustaka
Hasbullah. Dasar-dasar llmu
Pendidikan . Ed. Revisi. Jakarta. Rajawali Pers. 2009.
M. Arifin - Aminuddin Rasyad, Dasar-dasar Kependidikan,
Dirjen. Bimbingan lslam dan Universitas Terbuka, Jakarta, 1991.
Tap MPR Nomor ll/MPR/1993 tentang
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN), Bina Pustaka Tama, Surabaya, 1993.
Ogburn & Nimkolf, Sosiology,
Houghton Mifflin Coy. New York, 1964, hlm. 291.
Robert W. Richey, planning for
Teaching an Introduction to Education, Mc.Graw Hill Book Coy, New York 1968.
Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filasafat
Pancasila, Usaha
Nasional, Surabaya, 1986.
Sanafiah Faisal, dalam Tim Dosen FIP
IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1988.
Abdul
Manan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta : 2004)
Arief S. Sadiman, Media Pendidikan: Pengertian Pengembangan
dan Pemanfaatanya, Jakarta. Rajawali Pers, 2010.
Buchari Alma, Kewirausahaan, (Alfabeta, Bandung :
2009)
Nana Syaodih Sukmadinata,
Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (PT.Remaja Rosdakarya : 2007).
Syukur Fatah. Teknologi Pendidikan. RaSAIL Media Group,
Semarang. 2008.
[1]
Kewibawaan ialah pengakuan dan penerimaan secara sukarela terhadap pengaruh
atau anjuran yang datang dari orang lain.
[2]
Hasbullah. Dasar-dasar llmu Pendidikan . Ed. Revisi. Jakarta. Rajawali Pers.
2009. Hal.88.
[3] M.
Arifin - Aminuddin Rasyad, Dasar-dasar
Kependidikan, Dirjen. Bimbingan lslam dan Universitas Terbuka, Jakarta, 1991,
hlm. 257 – 258.
[4]
Tap MPR Nomor ll/MPR/1993 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN), Bina
Pustaka Tama, Surabaya, 1993,hlm. 90.
[5]
Ogburn & Nimkolf, Sosiology, Houghton Mifflin Coy. New York, 1964, hlm.
291.
[6]
Robert W. Richey, planning for Teaching an Introduction to Education, Mc.Graw
Hill Book Coy, New York 1968, hlm. 489.
[7]
Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filasafat
Pancasila, Usaha Nasional, Surabaya, 1986, hlm. 199.
[8]
Sanafiah Faisal, dalam Tim Dosen FIP IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar
Kependidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1988, hlm. 148-151.
[9]
Abdul Manan, dalam Tim Dosen FIP IKIP Malang, op.cit., hlm.175.
trimakasi materinya
BalasHapus